Oleh: Dahlan Iskan
Pak Jokowi beruntung menempatkan orang yang murah senyum ini sebagai kapolda Jatim.
Terutama di saat Jatim akan jadi penentu dalam pemilu yang lalu. Irjenpol Luki Hermawan MSi telah membuktikan dirinya mampu mengemban kepercayaan di saat genting seperti itu.
Kemenangan Pak Jokowi di Jatim itu penting. Karena sejak awal diprediksi Pak Jokowi pasti kalah di Jabar, di Sumatera, dan hanya imbang di Jakarta. Kalau di Jateng menang itu sudah alamiahnya. Tapi bahwa di Jatim menangnya begitu telak, itu di luar perkiraan banyak orang.
Tapi yang lebih penting adalah ini: Jatim luar biasa amannya. Tentu tidak bisa dilepaskan dari kepemimpinan Pak Luki yang murah senyum. Yang berarti juga rendah hati. Pandai mengorangkan siapa saja.
Dua hari sebelum ini, saya dikirimi awak redaksi Memorandum sebuah pdf hasil layout untuk terbitan edisi khusus hari Bhayangkara yang terbit hari ini. Saya terharu ketika membuka halaman pdf itu. Terlihat foto utamanya adalah Pak Luki mendorong kursi roda. Yang di atas kursi roda itu adalah kiai besar di Jatim. Dari situ saja sudah bisa dilihat gaya personality Pak Luki. Dan dalam teori kepemimpinan personality, itulah yang membuat satu pemimpin berbeda dengan yang lain. Meski latar belakang budaya, pendidikan, dan lingkungannya sama.
Personality Pak Luki sangat dipengaruhi jiwa keintelejenannya. Sebagian besar masa pengabdiannya di Polri adalah di dunia intelijen. Di dunia yang sepi. Yang tidak biasa membusungkan dada. Tidak diajari menonjolkan diri.
Saya tahu itu karena paman saya. Yang seumur pengabdiannya selalu di dunia intelejen. Sampai puncak kariernya tetap di intelijen: sebagai asisten satu hankam. Baru di masa tuanya ditugaskan ke politik. Menjadi ketua DPR/MPR: Letjen Kharis Suhud (almarhum).
Saya membayangkan: begitu dilantik menjadi kapolda di wilayah sepenting Jatim, Pak Luki sudah tahu apa yang harus dilakukan. Terutama dalam mengambil hati tokoh-tokoh agama dan politik di Jatim.
Kini, hasil kerja keras dan habis-habisan selama setahun terakhir itu membuahkan hasil maksimal. Yang akan dikenang sepanjang masa di Jatim.
Seperti yang sampai sekarang masih dikenang baik di Palembang. Saat Pak Luki menjadi kapoltabes di sana. Padahal sudah 10 tahun lalu.
Wartawan saya di Palembang selalu bercerita tentang sosok Pak Luki. Misalnya bagaimana habis-habisan memberantas togel. Atau memberantas narkotika. Atau mengungkap pembunuhan dokter wanita oleh pacarnya dalam waktu yang singkat.
Bahkan bagaimana bertindak tegas dan adil ketika anak buahnya harus dihukum. Seorang kapolsek di sana. Dan banyak lagi. Termasuk penggarongan bank yang sangat dramatis. Atau bagaimana mengamankan pilgub di sana.
Di Jatim, Pak Luki akan dikenang lebih dari itu. Apalagi kalau cita-citanya merukunkan pencak silat bisa berhasil. Sebagai orang asli Magetan, saya ikut merasakan panasnya konflik mereka.
Tapi kita syukuri dulu keberhasilan Pak Luki yang terbesar itu: Jatim aman dalam Pemilu 2019.(*)