Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya
Toni tidur dengan pakaian seragam kerja masih lengkap melekat di tubuh. Tidak ada hal yang mencurigakan. Hasil mengintip ini tentu melegakan Nia. Dia segera turun dan melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa. Termasuk mencuci. Tapi saat merogoh saku baju seragam yang ada dalam rendaman, Nia menemukan sesuatu.
Tenyata hanya benda seperti gula pasir yang nyunyut dibungkus plastik. Maklum, baru direndam. Nia lantas membuang barang tadi ke selokan. Nia menyelingi pekerjaan nyucinya dengan memasak seafood kesukaan Toni.
Ketika Nia memasukkan cumi-cumi ke penggorengan, terdengar bunyi keras srenggg… disusul bau wangi bawang putih. Bau tersebut menyeruak ke mana-mana. Tetangga sebelah rumah bahkan ada yang nyeletuk, “Wah, masak besar nih Bu Toni. Bagi-bagi dong.”
“Inggih Bu. Masak seafood kegemaran bapake lare-lare.”
Tak lama kemudian Toni muncul. Dia menanyakan baju seragamnya yang tempo hari dia geletakkan di ruang tengah. “Sudah kurendam, Mas. Ini bahkan sudah mau kucuci,” kata Nia.
“Kau rendam?” tanya Toni dengan suara keras sambil ongker-ongker rendaman cucian.
“Cari apa?” tanya Nia.
“Di mana bungkusan kecil di saku bajuku?” Toni balik bertanya.
“Oh plastik bekas wadah gula pasir tah? Sudah kubuang di selokan.” Mendengar jawaban ini, mendadak emosi Toni tersulut. Dia marah besar. Celotehan tidak jelas meluncur dari bibirnya sambil tangannya menyibak-nyibak isi selokan.
Toni semakin uring-uringan karena barang yang dia cari tidak ada. Dia spontan balik badan keluar rumah dan pergi. HP-nya ketinggalan. Nia memanggil dan hendak mengingatkan, tapi Toni terburu menjauh. Deru motornya terdengar meraung keras seolah menggambarkan suasana hati penunggangnya yang sedang terbakar.
Tiba-tiba HP tadi berbunyi. Panggilan masuk. Dari seseorang yang di HP diberi nama Say. Nia ragu-ragu untuk mengangkatnya. Takut Toni marah. HP terus berdering. Tak pernah berhenti. Terus-menerus bersambung.
Karena khawatir isinya sangat penting, Nia nekat mengangkatnya. “Halo?” kata seseorang di seberang sana. Suara perempuan bernada manja, “Kok Dedy belum datang?”
“Ini aku, Nia. Istri Mas Toni. Ini HP Mas Toni, bukan Dedi,” balas Nia sambil alis matanya nyaris bersatu. Klek! Tiba-tiba sambungan diputus. Nia bingung. Dia letakkan HP pada tempatnya semula.
Pada waktu bersamaan Toni muncul dari ruang tamu. Dia ambil HP tadi dan balik cepat-cepat. Panggilan Nia tidak dihiraukan. “Saya lantas berpikir, siapa Say yang namanya tetera di HP Mas Toni? Kenapa dia mencari Dedi kalau tahu yang ditelepon adalah Mas Toni?”
Pertanyaan-pertanyaan tadi terus berputar-putar di benak Nia. Tapi selalu tidak ada jawaban. Karena itu, Nia bermaksud melupakannya. Toh tidak ada hubungan dengan dirinya.
Tapi semakin Nia ingin melupakan persoalan tadi, semakin tebal rasa penasaran membalut pikiran. Setelah mencoba menjernihkan hati dan pikiran, Nia akhirnya memutuskan mencari jawaban pertanyaan-pertanyaan tadi. Namun, ke mana harus mencari? Kepada Toni, tidak mungkin! Imposebel! (bersambung)