Derita Pria Paruh Baya Menghadapi Anak-Menantu Milenial (4 -habis)
Selasa 09-03-2021,10:10 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi
Pergi Diam-Diam Lepas Tengah Malam, Membawa Tas Besar
Danar pusing 11 keliling, tidak cukup hanya tujuh. Semua saling terkait, saling terikat. Ruwet, ruwet, ruwet. Keinginan bunuh diri semakin kuat. Kalau tidak ingat ancaman neraka, Danar pasti memilih kendat.
Saran agar Hani pindah dan ikut kakek-neneknya di Semarang malah ditanggapi dengan emosi. Danar dianggap tidak sayang kepada anak dan sengaja memisahkan istri dari suami.
Mendengar itu hati Danar sempat menangis pedih. Setiap saat hatinya ditampar kekhatiran terjadi sesuatu terhadap Hani. Untuk menenangkan hati, Danar tidak pernah bosan menghubungi anaknya. Pagi, siang, dan malam selalu dilakukan. Minimal untuk bertanya, “Awakmu apik-apik enae tah Nduk? Itulah yang aku ulang-ulang.”
Danar akan merasa nyicil ayem setiap Hani menjawab, “Aku rapopo, Pak. Gak usah terus-terusan nelpon po’o.” Tapi, jawaban itu tidak serta merta melegakan lulusan pondok pesantren di Madura ini.
Masalahnya, setiap ditemui, Hani terkesan cenderung menghindar. Atau kalau tidak, terpaksa menemui Danar dengan hanya melongokkan wajah dari balik daun pintu rumah.
Alasan Hani, suaminya nanti marah dan uring-uringan kalau Danar terlalu sering muncul di rumah. “Menantu macam apa itu? Aku sampai mengancam Hani, nanti setelah kelahiran bayinya, Hani harus cerai. Harus! Titik. Ini harga mati,” tegas Danar mengulang ucapan yang pernah dilontarkan kepada Hani.
Ancaman itu ditanggapi negatif oleh Hani. Sejak itu HP-nya tidak bisa dihubungi. Nadanya menunjukkan HP tersebut tidak aktif. Terpaksa Danar mendatangi tempat tinggal anaknya tersebut.
Rumahnya sepi. Kosong. Hani tidak ada. Demikian juga Rendra. Danar spaneng. Ke mana mereka pergi? Para tetangga ditanya. Mereka tidak ada yang tahu. Hanya tetangga depan rumah yang memberikan sedikit informasi.
Menurut tetangga tersebut. Hani dan Rendra pergi pada malam hari. Lepas tengah malam, ketika orang lain pada lelap dalam tidurnya. Tetangga depan rumah tadi tahu karena kebetulan malam itu perutnya sakit dan hendak ke bekalang.
Saat itulah dia mendengar bunyi mesin motor dihidupkan. Sebelum ke kamar mandi, dia sempatkan melongok ke jalan di depan rumah. Terlihat Rendra dan Hani. Mereka membawa tas besar yang ditaruh di bagian depan motor.
Kepergian mereka menjadi kenangan terakhir bagi Danar karena sejak saat itu anak dan menantunya tidak pernah kem-bali ke rumah. “Saya berada di sini rencananya menggugat cerai anak saya. Tapi karena mereka menghilang, saya menyerahkan kepada Yang Kuasa dan mem-batalkan permintaan kepada pengacara,” katanya. (jos/habis)
Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email yulisb42@gmail.com. Terima kasih
Tags :
Kategori :