Istri Keluar Kamar Awut-awutan, Disusul Lelaki Muda

Rabu 29-05-2019,09:59 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya Sekali-dua kali kecewa pelayanan istri, Nanang mencoba menghibur diri dengan berswalayan saat mandi atau saat bangun tidur dan juniornya berdiri tegak. Lama-kelamaan, lelaki berjenggot tipis ini penasaran: mengapa Jhamila bisa berubah sedrastis itu? Nanang berusaha mencari informasi apa saja yag dilakukan Jhamila di warung, juga memperhatikan gerak-geriknya di rumah. Hal-hal seperti ini sebelumnya tidak pernah dilakukan Nanang karena dia percaya sepenuhnya kepada Jhamila. Suatu saat Nanang mencoba cangkruk di tempat nongkrong tidak terlalu jauh dari warung Jhamila. Dia inging menyaring-nyaring berita soal tingkah laku istrinya. Berhari-hari menghabiskan waktu di tempat nongkrong, Nanang tak mendapatkan apa yang dicari. Nanang hanya mendengar cerita bahwa warung istrinya laris manis. Dan itu wajar, karena masakannya benar-benar mak-nyus. Penjaganya juga cantik-cantik. Itu saja. Tidak lebih. Jhamila memang tidak sedirian menjaga warung. Terutama sejak warung mulai ramai. Dia memanggil saudara sepupunya yang janda dari desa. Usianya tidak terlalu tua. Hampir sebaya dengan Jhamila. Warung tempat berjualan Jhamila lumayan besar. Tempat itu disewa dari teman ibu Jhamila yang membuka warung di Mojokerto. Bangunannya 4 x 10 meter. Ada satu kamar untuk istirahat, satu ruang semacam dapur untuk memasak dan menghangatkaan makanan, serta kamar mandi. “Aku dulu sering ke warung. Tapi, sekarang sudah tidak pernah sejak Jhamila dibantu sepupunya. Pamali laki-laki terlalu jauh mengurusi usaha warung istri. Apalagi dia sudah ada yang membantu,” kata Nanang kepada Memorandum di kantor pengacara sekitar Pengadilan Agama (PA) Surabaya, Jalan Ketintang Madya, beberapa waktu lalu. Nanang mengaku sebenarnya sudah beberapa bulan terakhir ini tidak terlalu enganggur. Dia mempunyai kesibukan beternak mencit (tikus kecil). Bukan di rumahnya di kawasan Pagesangan, melainkan di rumah seorang teman. “Kami ternak mencit. Untuk pakan hewan piaraan seperti ular dan burung hantu,” kata Nanang. Meski tidak terlalu besar, penghasilan dari beternak mencit mampu membantu menggerakkan perekonomian keluarga. “Aku masuk komunitas pencinta ular dan burung hantu. Teman-teman komunitas mengambil mencit di rumah teman tadi. Kami Aku juga memasarkannya secara online,” sambung dia. Suatu saat Nanang dapat pesanan mencit dan diharapkan dikirim secepatnya ke rumah pemesannya di kawasan Aloha, Sidoarjo. Sepulang dari mengantar mencit, dia mampir ke warung. Hanya terlihat sepupu Jhamila, sebut saja Nila. Begitu melihat Nanang, Nila kaget dan tampak tergopoh-gopoh. Dia persilakan Nanang duduk. Namun, belum sempurna meletakkan pantat di kursi, Nanang melihat Jhamila muncul dari ruang belakang. Jhamila tidak melihat ke depan karena sibuk mengatupkan kancing baju. Setelah itu, dia menyibakkan rambutnya yang awut-awutan ke belakang. Deg! Dada Nanang berdetak keras melihat pemandangan itu. Detakan di dada Nanang semakin keras karena kemunculan Nining disusul kemunculan seorang lelaki muda. (bersambung)  

Tags :
Kategori :

Terkait