Ketika Kaum Pembantu Berebut Kehangatan Juragan Lelaki (3)

Kamis 12-11-2020,10:10 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Tukar Posisi dengan Teman Sedesa yang Terapis Panti Pijat

Pada hari yang disepakati, Astuti pura-pura bertamu ke rumah Pak Candra-Bu Mamik. Ia mengaku menjemput Nanik karena ayahnya sedang sakit keras. Sudah beberapa hari tidak sadarkan diri. Kata Tuti, ibunya Nanik sudah berusaha menghubungi anaknya via HP, tapi tak bisa. Tidak ada nada panggil. Makanya Tuti mereka mintai tolong menjemput Nanik ke Surabaya. Bu Mamik sempat bertanya berapa lama Nanik akan pulang kampung. Nanik mengaku bingung. Tidak bisa memastikan sampai kapan harus merawat ayahnya yang sakit. Yang pasti sampai sembuh. Bu Mamik terlihat kecewa. Saat itulah Tuti menawarkan diri untuk menggantikan Nanik sementara, sampai temannya itu bisa kembali ke Surabaya. Pak Candra yang ikut menemui Tuti matanya berbinar-binar. Bibirnya senyam-senyum. Hal itu tidak luput dari perhatian Nanik dan Tuti. Diam-diam mereka saling cubit. Hari itu juga Nanik pamit. Tuti ganti yang tinggal di rumah Pak Candra-Bu Mamik berusaha menjaga image. Perempuan yang di tempat kerja sebelumnya sangat bebas bertingkah itu kini setiap gerak dan langkahnya selalu diatur. Agar kelihatan sopan. Kalau bisa malah terkesan ndesani. Sulit, memang. Tapi hal itu harus dilakukan supaya Bu Mamik dan Pak Candra percaya bahwa Tuti benar-benar fresh from the ndeso. Make up Tuti diganti. Dari produk Make Over menjadi sekadar bedak merek Marcks. Tuti juga mengganti pakaian dalamnya. Kalau dulu biasa memakai merek yang harganya di atas Rp 100 ribu per pc, diganti yang obralan Rp 10.000 dapat tiga, yang biasa dijual di pasar-pasar kampung. Tuti ingin total tampil sebagai perempuan lugu dari desa. Ia tak mau keberadaan yang sesungguhnya terungkap. Bisa ambyar sia-sia semuanya. Hanya di depan Parem, kadang Tuti tampil nggaya dan agak genit. Ini dilakukan, antara lain, ketika suatu hari Parem sengaja memanas-manasi Tuti, sebagaimana dilakukan di depan Nanik. Parem dehem-dehem cukup keras saat mengeringkan rambut. Kala Tuti menoleh, dia menyingkap dasternya dan berjoget  memperlihatkan organ dalamnya secara vulgar. Kebetulan pagi itu juragan-juragan mereka sedang tidak berada di rumah. Tuti tidak mau kalah. Dia lari ke kamar dan mengeluarkan simpanannya. Muncul lagi dengan hanya memakai celana dalam Victoria’s Secret dipadu tank top merek Saintx Sinner. Parem terbelalak. Kuuuaaaget. Tidak terduga, saat itu Pak Candra muncul dari ruang keuarga. Matanya tak kalah terbelalak dari Parem. Pak Candra bahkan terlihat jatuh terduduk di kursi malas. Keringatnya yang sak jagung-jagung membasahi kening dan seluruh tubuh. “Maaf, Pak. Saya kira Bapak masih di kantor,” tutur Tuti sambil menutupi tubuh dengan handuk yang diambil dari tempat pakaian kotor yang hendak dicuci. Pak Candra tidak menjawab. Matanya masih terpaku ke tubuh wow Tuti. Jusru Tuti yang akhirya pura-pura salah tingkah, kemudian bergegas masuk kamar. Meninggalkan Pak Candra yang ngowoh. (bersambung)       Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email yulisb42@gmail.com. Terima kasih  
Tags :
Kategori :

Terkait