Pekerjaan Hilang, Keluarga Berantakan: Harga Diri yang Hilang (2)

Selasa 16-12-2025,09:00 WIB
Reporter : Anis Tiana Pottag
Editor : Ferry Ardi Setiawan

SUDAH hampir dua bulan sejak Bintang kehilangan pekerjaannya.

Dinding rumah menjadi saksi bisu bagaimana rutinitas berubah. Bintang kini lebih sering termenung, duduk di teras berjam-jam, hanya memandangi langit tanpa arah. Sesekali ia mencoba mengirim lamaran kerja, tapi hatinya sudah tak sebersemangat dulu. Ia merasa dunia menolaknya, dan perlahan… istrinya juga.


Mini Kidi--

Sementara itu, Bulan justru sebaliknya. Ia semakin aktif, mulai menerima pesanan kue lebih banyak, bahkan mencoba membuka pre-order hampers lebaran. Tapi di balik semangat itu, ada kekhawatiran yang makin menggunung.

Bukan hanya soal keuangan, tapi tentang jarak yang makin nyata antara mereka.

“Mas, aku dapat pesanan seratus toples minggu ini. Aku butuh bantuan bungkus,” kata Bulan sambil memindahkan loyang dari oven.

Bintang hanya mengangguk pelan.

“Mas?”

“Nggak usah, Bu. Aku takut malah ngerusak.”

“Tapi aku butuh kamu…”

Kalimat itu menggantung di udara, tidak pernah benar-benar dijawab. Bintang merasa kecil, tidak berguna. Ia merasa… dilangkahi.

Setiap keberhasilan Bulan justru menjadi cermin kegagalannya sebagai kepala rumah tangga.

Malam-malam mereka mulai dingin. Tidak ada obrolan seperti dulu. Tidak ada rencana masa depan. Yang ada hanya kebisingan dalam diam:

piring dicuci sendiri-sendiri, makan tidak bersamaan, bahkan tidur pun sudah mulai di tempat berbeda.

Sampai pada suatu malam, pertengkaran itu pecah.

Kategori :