Siswa SMAN 3 Taruna Angkasa Madiun Diduga Dikeroyok Puluhan Kakak Kelas, Orang Tua Lapor Polisi

Kamis 04-12-2025,14:32 WIB
Reporter : Moch. Adi Saputro
Editor : Fatkhul Aziz

MADIUN, MEMORANDUM.CO.ID - Kasus kekerasan antarsiswa kembali mencoreng dunia pendidikan. Seorang pelajar kelas XI-7 SMA Taruna Angkasa Madiun berinisial AAM (16) diduga mengalami pengeroyokan oleh kakak tingkatnya. Orang tua korban, Edi Sutikno melaporkan insiden tersebut ke pihak kepolisian pada Kamis 4 Desember 2025.

Peristiwa itu disebut terjadi pada Selasa malam 2 Desember 2025, sekitar pukul 21.30 hingga 00.00 WIB. Saat itu AAM tengah sakit dan sedang dirawat di UKS sekolah. Namun, korban kemudian dijemput oleh sejumlah siswa dan dibawa ke kamar 103, tempat dugaan penganiayaan terjadi.

BACA JUGA:Gegara Keroyok Teman Sekolah, Puluhan Siswa SMA Favorit di Situbondo Dipolisikan


Mini Kidi--

“Anak saya dipukuli sampai pingsan. Ketika sadar, dipukul lagi. Sampai tidak bisa membuka mata,” ungkap Edi usai membuat laporan polisi.

Menurut keterangan pihak sekolah yang diterimanya, 10 siswa telah mengakui terlibat. Namun berdasarkan cerita korban, jumlah pelaku bisa mencapai 20 orang, sebagian besar siswa kelas XII. Motif aksi kekerasan itu belum diketahui.

BACA JUGA:Pulang Kerja, Warga Gembong Dikeroyok Gangster Bersajam

Usai kejadian, AAM dilarikan ke UGD RS dr. Efram Harsana Maospati dan kemudian menjalani perawatan lanjutan.

Hasil visum luar menunjukkan korban mengalami memar di hampir seluruh tubuh, termasuk dada, kedua lengan, tangan, paha, punggung, dan ada hematom pada kepala bagian kiri. Bahkan behel gigi korban terlepas, diduga akibat benturan keras.

“Semua luka sudah terdokumentasi dalam visum. Hari ini anak saya juga menjalani USG, MRI, dan panoramic untuk memastikan kondisi internal,” tambahnya.

BACA JUGA:Terbakar Cemburu, Pria Kapongan Dikeroyok Empat Pemuda Jangkar Situbondo

Selain kekerasan fisik, Edi juga menyoroti kelalaian pengawasan sekolah. Menurutnya, korban yang sedang sakit seharusnya tidak bisa keluar dari UKS tanpa prosedur yang jelas.

“Seharusnya ada izin, pemantauan, atau SOP yang jelas. Ini kelalaian fatal dan jadi awal terjadinya pengeroyokan,” tegasnya.

Edi mengatakan mendapat informasi bahwa lokasi pengeroyokan sengaja dipilih di area tanpa jangkauan CCTV. Ia berharap kasus ini tidak berakhir seperti kejadian tahun 2024 yang merenggut nyawa salah satu siswa.

BACA JUGA:Pemuda Ngawi Dikeroyok di Jemursari, Satu Pelaku Tertangkap

Kategori :