Surin Welangon Hadirkan Figuratif Surealistik dari Pergulatan Batin dan Realitas Sosial

Jumat 28-11-2025,14:23 WIB
Reporter : Wendy Setiawan
Editor : Aris Setyoadji

SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID – Seniman multitalenta asal Surabaya, Surin Welangon, menghadirkan pendekatan figuratif-surealis yang semakin menguat dalam karya-karyanya.

Lahir pada 1975, Surin aktif mempublikasikan kreasinya di media sosial dan dikenal berkat gaya visual khas yang sarat simbol, narasi batin, serta kritik sosial.


Mini Kidi--

Sebelum kembali fokus pada seni rupa, Surin telah lama berkecimpung di dunia teater, tari, sastra, hingga mendirikan Kampung Komunitas di Tambak Osowilangun, kawasan pesisir yang lekat dengan hamparan mangrove.

Pengalaman panjang hidup berdampingan dengan masyarakat pinggiran menjadi fondasi emosional dan gagasan utama dalam karya-karyanya.

BACA JUGA:Lima Tahun Mati Suri, Dewan Kesenian Surabaya Perlu Perbaikan Paradigma

Surin kembali aktif melukis sejak pertengahan 2025, setelah lebih dari 16 tahun terlibat dalam organisasi kemasyarakatan. Baginya, seni adalah ruang kebebasan yang harus dibiarkan mengalir.

“Bagi saya, melukis adalah cara berdialog dengan kegelisahan yang tidak selesai. Setiap goresan itu seperti membongkar ulang ingatan, lalu merakitnya menjadi bentuk baru yang kadang indah, kadang absurd, tapi selalu jujur,” ujar Surin.

Pada masa awal berkarya, ia kerap memanfaatkan material sederhana seperti alat-alat nelayan dan unsur bangunan sebagai medium eksplorasi visual.

BACA JUGA:Imigrasi Surabaya Layani Pembuatan Paspor Walk-In di Pameran Haji dan Umroh

Kini, ia lebih banyak mengembangkan karya dua dimensi dengan karakter surealis yang semakin matang.

Latar belakang akademiknya di Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Surabaya serta pengalaman menyaksikan dinamika sosial-politik Indonesia turut memperkaya perspektif seninya.

Surin memadukan unsur tradisional dan kontemporer dalam satu frame, menampilkan figur manusia, hewan, hingga motif batik yang berkelindan sebagai bahasa visual.

BACA JUGA:Polsek Wiyung Gelar Jumat Curhat, Warga Soroti Pelanggaran Lalin dan Kriminalitas

“Saya tumbuh di kampung pesisir yang penuh cerita, konflik kecil, harapan besar, dan humor yang kadang pahit. Itulah yang sering muncul dalam lukisan, campuran yang tidak rapi, tapi nyata,” imbuhnya.

Pengamatan Surin terhadap masyarakat menjadi pijakan utama dalam proses kreatifnya. Karya-karyanya kerap menampilkan tragedi puitis, absurditas, hingga deformitas yang membentuk identitas estetiknya.

 

Dengan pendekatan surealistik yang bertumpu pada realitas sehari-hari, Surin Welangon terus menarik perhatian publik luas, mulai dari aktivis, pelaku seni, hingga kalangan pengusaha.

Kategori :