Tingkatkan Produktivitas dan Efisiensi Proses Bisnis Collection, BTN Luncurkan Operating Model Baru

Minggu 03-08-2025,11:18 WIB
Reporter : Eko Yudiono
Editor : Fatkhul Aziz

JAKARTA, MEMORANDUM.CO.ID – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) meluncurkan Business Process Improvement (BPI) Monoline Collection sebagai Operating Model baru collection dengan merubah pembinaan debitur yang sebelumnya berdasarkan kelolaan masing-masing Kantor Cabang menjadi berdasarkan klaster wilayah, dibawah komando langsung dari Kantor Pusat. Transformasi ini diharapkan dapat membawa BPI ke arah yang lebih produktif, efisien dan efektif dalam mendukung percepatan penagihan dan eksekusi kredit bermaslah.

Pada tahap awal uji coba atau piloting inisiatif ini, BTN menerapkan piloting BPI Monolin Collection di Kantor Wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara (Kanwil Jabalnusra). Pada acara yang dilaksanakan secara hibrid di kantor pusat BTN dan interaktif secara daring dengan para pimpinan kantor wilayah dan kantor cabang BTN khususnya Kanwil Jabalnusra, Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu menjelaskan inisiatif BPI Monoline Collection. Langkah tersebut, kata Nixon, merupakan bagian dari salah satu misi perseroan saat ini, yaitu menerapkan praktik tata kelola perusahaan yang baik dan inovasi bisnis berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan. 

BACA JUGA:Polsek Sukomanunggal Gencarkan Patroli Perbankan, Ciptakan Rasa Aman di Bank BTN HR Muhammad


Mini Kidi--

“Salah satu poin penting dalam Corporate Plan BTN tahun 2025 adalah optimalisasi strategi collection and recovery. Dengan adanya langkah penyempurnaan ini, kita berharap dapat mencapai target rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) gross di level 3,04% pada akhir tahun ini. Masih ada sisa lima bulan, jadi setelah inisiatif ini roll out secara massal, harapannya dapat mendorong pencapaian target,” kata Nixon dalam sambutannya pada Kick Off Implementasi Pilot BPI Monoline Collection Kanwil Jabalnusra di Menara 1 BTN Harmoni, Jakarta, Jumat, 1 Agustus 2025.

Nixon memaparkan, sisi collection BTN menghadapi sejumlah tantangan yang muncul dari kondisi makroekonomi global dan domestik, seperti contohnya dinamika perekonomian pasca Covid-19, ketegangan geopolitik serta ketidakpastian yang telah berdampak pada banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK), kenaikan biaya hidup dan inflasi, serta perang dagang yang dipicu oleh kebijakan tarif impor Amerika Serikat.

Berbagai tantangan tersebut harus diantisipasi sehingga tidak berdampak terhadap bisnis bank terutama kenaikan rasio kredit bermasalah, untuk itu, lanjut Nixon, BTN melihat kebutuhan untuk melakukan transformasi proses bisnis secara menyeluruh, termasuk di sisi collection. Melalui langkah improvement tersebut, BTN berharap dapat meningkatan efisiensi dan produktivitas pada aspek collection

BACA JUGA:Satukan Visi, Tugu Tirta Kota Malang dan BTN Sepakati Kerjasama

“Saat ini biaya collection and recovery masih tinggi karena biaya transportasi dan lain-lain yang semakin mahal, serta tumpang-tindih di kantor cabang untuk proses penagihan. Dengan penyempurnaan sistem collection dan strategi recovery, kita berharap dapat memperkuat risk underwriting dan menjaga cost of credit di bawah 1,2%,” ujarnya.

Nixon menambahkan, penyempurnaan sistem collection juga merupakan bagian dari inisiatif strategis BTN sebagai bank modern, yakni penguatan holistic banking propositions (penawaran layanan perbankan yang menyeluruh) dan capabilities to deliver at scale (kapabilitas untuk melayani dengan skala yang lebih besar). Hal ini sejalan dengan visi jangka panjang BTN hingga 2029, yakni menjadi “Mitra Utama dalam Pemberdayaan Finansial Keluarga Indonesia”.

“Kita bukan lagi hanya sekadar bank yang berjualan KPR (kredit pemilikan rumah), tetapi menawarkan package produk yang holistik, sehingga operasional kantor cabang pun kita transformasi menjadi lebih terfokus, baik itu ke portofolio (pembiayaan) maupun ke transaksi. Sebelum mencapai ke sana, kita bereskan dahulu collection-nya,” katanya.

BACA JUGA:BTN Syariah dan BP Tapera Kolaborasi, Fasilitasi KPR Syariah Massal untuk ASN di Jember

Pada kesempatan yang sama, Direktur Risk Management BTN Setiyo Wibowo mengatakan, saat ini merupakan waktu yang tepat bagi perseroan untuk melakukan improvement collection karena situasi makroekonomi dan kinerja bisnis yang relatif terjaga dengan baik. 

“Saat ini adalah waktu yang baik untuk memperbaiki “rumah” atau infrastruktur kita, setiap bocor kita perbaiki saat hujan dan badai sudah mulai reda. Tahun ini pressure suku bunga sudah turun dan cost of fund (biaya dana) melandai. Tujuan akhir kita adalah mengurangi biaya Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) karena setiap tahun kita keluar biaya cukup besar untuk itu. Kalau itu bisa diperbaiki, kita bisa gunakan biayanya untuk meng-generate revenue dan meningkatkan profitabilitas,” jelas Setiyo.

Kategori :