SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID - Kanker, sang pembunuh nomor dua setelah penyakit jantung, terus menjadi momok kesehatan global.
Namun, harapan baru kini mulai bersinar terang. Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) baru saja menggelar Studium Generale yang membuka wawasan tentang masa depan terapi kanker: Boron Neutron Capture Therapy (BNCT).
BACA JUGA:Cetak 16 Dokter Baru Berakreditasi Unggul, Unusa Siapkan PPDS
Mini Kidi--
Terapi revolusioner ini berjanji menghancurkan sel kanker secara presisi tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya.
Seperti yang disampaikan Prof Ir Yohannes Sardjono dari BRIN Indonesia, BNCT merupakan terapi kanker berbasis partikel berat yang menawarkan keunggulan signifikan dibandingkan terapi konvensional.
Pasien tidak perlu menjalani terapi berulang seperti pada terapi sinar-X atau elektron langsung.
"BNCT ini adalah terapi yang bersifat targeting cell, artinya hanya menyerang sel kanker tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya," tutur Prof Yohannes dalam diskusi bertajuk The Future of Cancer Therapy: BNCT and Cyclotron Innovations in Indonesia and Beyond, Selasa, 17 Juni 2025.
Ia menambahkan, meskipun dalam beberapa kasus sinar-X masih diperlukan sebagai pelengkap, BNCT secara keseluruhan membuka babak baru dalam pengobatan kanker yang lebih efektif, efisien, dan memiliki efek samping jauh lebih ringan.
Cara kerjanya pun unik. Senyawa boron disuntikkan ke dalam tubuh pasien dan akan terkonsentrasi di sel kanker.
BACA JUGA:Bidan Unusa Bertitel Juara Jujitsu, Begini Sosoknya
Ketika terpapar neutron, boron akan menangkapnya dan menghasilkan reaksi yang menghancurkan sel kanker dari dalam, sehingga jaringan sehat tetap terlindungi.
Inovasi ini tentu tak lepas dari teknologi pendukung. Dr Yoshihito Kameda dari Sumitomo Heavy Industries, Jepang, menyoroti peran krusial teknologi semikonduktor dalam pengembangan BNCT.
Teknologi ini memungkinkan sumber neutron yang lebih kecil, efisien, dan mudah diakses, membuka jalan bagi BNCT untuk diimplementasikan di lebih banyak rumah sakit, tak hanya terbatas pada pusat kanker skala besar.