SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID - Di usianya yang senja, Supinah Rusmini (91), seorang tukang pijat bayi dan anak-anak, akhirnya dapat menunaikan ibadah haji, impiannya sejak muda.
Mbah Supinah, begitu ia akrab disapa, menjadi jemaah tertua dalam kelompok terbang (kloter) 10 yang bertolak ke tanah suci.
BACA JUGA:Diiming-imingi Berangkat Haji Furoda, Warga Madiun Tertipu Biro Sidoarjo
Mini Kidi--
Dengan penuh syukur dan haru, Mbah Supinah didampingi oleh putra keenamnya, M. Ghufron. Ghufron mengungkapkan bahwa kondisi ibunya dalam keadaan sehat dan stabil, meski pendengarannya menurun dan memiliki riwayat darah tinggi yang perlu diwaspadai.
"Insya Allah, Ibu kondisinya sehat-sehat dan stabil. Kalau berbicara dengan beliau harus didekatkan ke telinga beliau karena pendengarannya sudah menurun. Ibu juga ada darah tinggi yang perlu kami waspadai," ujar Ghufron.
BACA JUGA:Berangkat Haji, Pengasuh Ponpes Ujungpangkah Serahkan Buaya ke BKSDA
Pendaftaran haji Mbah Supinah dilakukan pada tahun 2019 bersama dengan kakak perempuannya.
Namun, takdir berkata lain, sang kakak meninggal dunia akibat Covid-19. Mbah Supinah kemudian meminta Ghufron untuk menemaninya menggantikan sang kakak.
Keluarga pun bersyukur karena Mbah Supinah mendapat kesempatan berangkat lebih awal dari perkiraan awal di tahun 2030, melalui program prioritas lansia.
BACA JUGA:Sekampung Berangkat Haji, Kompak Daftar Usai Musim Panen
Selama lebih dari lima puluh tahun, Mbah Supinah menekuni profesi sebagai tukang pijat bayi. Dahulu, ia juga dikenal sebagai dukun bayi yang membantu proses persalinan di desanya.
Di usianya yang hampir satu abad, semangat Mbah Supinah untuk bekerja masih membara. Ia bahkan masih mampu memijat hingga lima anak dalam sehari.
"Pijat anak-anak kan tidak lama, paling sekitar 10 menit sudah selesai," jelasnya.
BACA JUGA:Baim Wong Gagal Berangkat Haji, padahal Sudah Naik Pesawat