SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID - Dalam kehidupan, ada perjalanan spiritual yang begitu mendalam hingga mampu mengubah seseorang sepenuhnya. Salah satu kisah yang penuh makna dan haru adalah perjalanan Gabriel Jaya Saputra, seorang pemuda berusia 26 tahun asal Surabaya, yang memutuskan untuk menjadi mualaf. Kini, ia menjalani hidup sebagai muslim dengan keyakinan teguh dan hati yang tenang, meskipun harus melewati ujian berat dalam prosesnya.
Gabriel lahir dari keluarga non-muslim. Ibunya, yang dulu beragama Islam, menikah dengan ayahnya dan akhirnya meninggalkan keyakinannya. Namun, sejak kecil, Gabriel sudah akrab dengan nilai-nilai Islam melalui lingkungan sekitar.
BACA JUGA:Impian Dokter Gigi Antarkan Orang Tua Tunaikan Haji Melalui Jalan Islam
Mini Kidi--
"Saya terlahir dari keluarga non-muslim, tapi saya selalu merasa tertarik pada Islam," kenangnya.
Ketertarikan itu mulai tumbuh ketika ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Meski saat itu ia hanya melihat Islam sebagai sesuatu yang menarik tanpa memahami artinya secara mendalam, Gabriel sering kali menggunakan referensi Islam sebagai panduan moral. Bahkan di masa remajanya, saat banyak anak seusianya terjerumus dalam perilaku negatif, Gabriel justru merasa ada suara dalam dirinya yang mencegahnya melakukan hal-hal buruk.
"Saat ingin melakukan sesuatu yang salah, saya selalu bertanya-tanya, 'Apa kata Islam tentang ini?' Padahal, saat itu saya belum memeluk Islam," tuturnya dengan mata berkaca-kaca.
BACA JUGA:Hidayah di Balik Senja, Ayu Melihat Islam Sebagai Rumah yang Selama Ini Dicari
Perjalanan spiritual Gabriel semakin intens ketika ia kuliah. Ia sering merasa iri melihat teman-temannya yang muslim tetapi tidak menjalankan ibadah dengan baik.
"Saya pikir, mereka punya kesempatan luar biasa untuk beribadah, tapi sayangnya tidak dimanfaatkan. Sedangkan saya, yang sangat ingin, belum bisa melakukannya," ungkapnya.
Dari rasa iri itu, Gabriel mulai belajar Islam secara mandiri. Ia menonton video di YouTube, membaca artikel, dan menghadiri kajian-kajian. Namun, ia belum siap untuk mengucapkan dua kalimat syahadat karena merasa ilmunya belum cukup dan perilakunya belum sempurna.
BACA JUGA:Libatkan 500 Guru, Pemkab Gresik Gencarkan Penghijauan di Kawasan Islamic Center
"Saya ingin benar-benar siap sebelum masuk Islam. Saya ingin memastikan bahwa saya sudah baik secara sikap dan perilaku," katanya.
Takdir kemudian membawa Gabriel pada sebuah momen tak terduga. Setelah tujuh tahun tidak bertemu kakaknya yang tinggal di luar pulau, Gabriel akhirnya berbincang dengannya. Betapa terkejutnya ia ketika mengetahui bahwa kakaknya telah menjadi muslim.
Kakaknya memberikan nasihat yang mengubah pandangan Gabriel.