JEMBER, MEMORANDUM.CO.ID - Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember (FIB UNEJ) mempersembahkan pertunjukan wayang kulit dalam rangka memperingati Dies Natalis ke-60, bersama dengan Universitas Jember (UNEJ).
Acara yang digelar pada Jumat malam di Pendapa FIB UNEJ ini menampilkan lakon “Wahyu Ketentreman” dengan dalang Ki Andik Feri Bisono dan hiburan Campursari dari Dewa Budaya. Pertunjukan ini dirancang untuk mempererat hubungan generasi muda, khususnya Generasi Z, dengan kekayaan budaya Indonesia.
BACA JUGA:Rektor UNEJ Cup XI: Meriahkan Dies Natalis dengan Pertandingan Tenis
BACA JUGA:Unej Cetak Prestasi, 8 Tim PPK Ormawa Lolos Final Abdidaya 2024
Dalam sambutannya, Dr. Fendi Setyawan, S.H., M.H., Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni UNEJ, menekankan pentingnya budaya dalam kehidupan. Menurutnya, budaya adalah hakikat kehidupan yang mencerminkan jati diri sebagai bangsa yang memiliki falsafah hidup yang kuat.
“Yang paling menyentuh dari perasaan saya malam ini adalah antusiasme adik-adik mahasiswa. Awalnya saya berpikir yang menyaksikan pertunjukan wayang pasti generasi yang lebih tua, tetapi ternyata banyak mahasiswa dari Generasi Z yang hadir. Hal ini memberikan semangat baru bahwa generasi muda masih memiliki kepedulian terhadap budaya warisan leluhur,” ungkapnya.
BACA JUGA:Unej Dorong Mahasiswa Berinovasi untuk Wujudkan Kedaulatan Pangan
BACA JUGA:Rektor Unej Buka Sarazi Beras Fortifikasi TM3 Catatkan Rekor Muri
Ia juga menyampaikan, Dies Natalis ke-60 UNEJ dan FIB UNEJ ini mengingatkan akan perjalanan panjang dalam berkontribusi kepada bangsa dan masyarakat. Dengan tema “Wahyu Ketentreman,” pertunjukan ini diharapkan dapat menggugah semangat seluruh civitas akademika untuk menjaga harmonisasi, ketentraman, dan kesejahteraan dalam kehidupan kampus dan di luar kampus.
Tidak hanya menjadi ajang nostalgia budaya tetapi juga sebagai bentuk ajakan kepada mahasiswa untuk ikut serta dalam melestarikan budaya bangsa.
Dengan menggugah rasa cinta terhadap budaya asli Indonesia, UNEJ berharap para mahasiswa, terutama Generasi Z, tidak hanya sekadar menikmati, tetapi juga menghidupkan dan meneruskan warisan budaya bangsa yang sarat dengan nilai-nilai luhur.
“Pertunjukan wayang ini menjadi bukti nyata bahwa meskipun zaman terus berkembang, kesenian tradisional seperti wayang kulit tetap relevan dan mampu menarik perhatian generasi muda. Ini menunjukkan bahwa budaya bukan sekadar masa lalu yang dilestarikan, melainkan identitas yang terus dihidupkan dan diwariskan ke generasi penerus.” pungkasnya.
BACA JUGA:KSR PMI Unej Sukses Gelar Seminar Kesehatan Jiwa, Edukasi Mahasiswa Mengelola Stres
BACA JUGA:Unej dan Kauje Siap Gelar Munas VI, Undang 2 Menteri
Sementara itu, Prof. Nawiyanto, M.A., Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Budaya UNEJ, pada kesempatan yang sama juga turut menyampaikan pandangannya tentang makna usia 60 tahun bagi lembaga.