SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID-Universitas Widya Kartika (UWIKA) Surabaya melakukan Program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) melalui skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat.
Kegiatan ini didanai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi untuk tahun anggaran 2024. Kegiatan ini terintegrasi dengan Merdeka Belajar Kampus Merdeka berbasis Indikator Kinerja Utama bagi perguruan tinggi swasta sehingga terdapat kolaborasi antara dosen, mahasiswa dan mitra dalam mendukung PkM ini.
Pendampingan dan Pelatihan bahasa Mandarin oleh tim pengabdi oleh Laoshi Minny.--
Program ini diketuai oleh Dr. Melvie Paramitha, S.E., M.Si dengan anggota Minny Elisa Yanggah, S.Si., Apt., B.A., M.Lit., Ph.D dan Chitra Santi, S.E., M.A., serta melibatkan mahasiswa Prodi Akuntansi dan mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin.
Program ini berjudul “Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat Komunitas Neurodivergent di Kecamatan Lakarsantri Surabaya, Jawa Timur”.
Program PkM ini berkolaborasi dengan mitra ELMO yang baru berdiri pada April 2023 dan merupakan organisasi yang berkomitmen untuk mengembangkan lingkungan yang transformatif dan inklusif bagi komunitas neurodivergent (ND) di Indonesia terutama di Surabaya.
Dedikasi mereka tidak hanya menciptakan ruang untuk sosialisasi dan pengembangan diri, namun juga mencakup misi untuk membimbing individu neurodivergent menuju kemandirian.
PkM ini bertujuan untuk memberikan pendampingan mekanisme tata kelola organisasi yang baik dan sosialisasi komunitas neurodivergent dalam mendukung pencapaian keberlanjutan organisasi neurodivergent untuk menciptakan kemandirian diri para neurodivergent.
Smart class concept bagi para neurodivergent.--
Istilah Neurodivergent mungkin masih awam didengar oleh Masyarakat dan mulai dikenal dan berkembang sejak tahun 2020-an.
Neurodivergent mengacu pada seseorang yang memiliki cara kerja otak yang berbeda dibandingkan mereka yang dianggap standar atau tipikal.
Beberapa contoh kondisi neurodivergent yaitu Gangguan spektrum autisme, termasuk sindrom Asperger, Attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD), Down Sindrom, Diskalkulia (kesulitan dengan matematika), Disgrafia (kesulitan menulis), Disleksia (kesulitan membaca), Dispraksia (kesulitan dengan koordinasi), Kondisi kesehatan mental seperti gangguan bipolar, gangguan obsesif-kompulsif, dan lainnya.
ELMO mengusung motto "Break the Stigma" yang mencerminkan komitmen mereka untuk mengubah pandangan bahwa komunitas neurodivergent tidak mampu bersosialisasi dengan masyarakat umum.
Co-Founder sekaligus Direktur Utama ELMO, Krisianto Gondohutomo, memaparkan tujuan didirikan ELMO adalah untuk mengadakan dan memfasilitasi para neuroduvergent dengan berbagai kegiatan, seperti program ELMO Buddy, workshop character building, sosialisasi di tempat umum, dan cooking class.
Ko Kris (sapaan Dirut ELMO) menambahkan bahwa dalam kurun waktu 1 tahun yang hanya memiliki 4 siswa neurodivergent berkembang menjadi 25 siswa pada Juli 2024. Saat ini ELMO sudah memiliki total 12 karyawan dengan rasio karyawan laki-laki dan Perempuan sama.