JOMBANG, MEMORANDUM.CO.ID - Debat kandidat calon Bupati dan Wakil bupati Kabupaten Jombang, menarik perhatian pengamat akademisi salah satunya Farhad Muhammad, M.Pd, akademisi dari Universitas Darul ‘Ulum Jombang yang juga akan menyelesaikan Doktor dari UIN Sunan Ampel Surabaya, mengemukakan pandangan kritis terkait dinamika Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jombang pasca debat perdana yang digelar pada Sabtu, 19 Oktober 2024.
Dari pandangannya, kedua Pasangan Calon (Paslon) baik nomor urut 1 Mundjidah Wahab - Sumrambah (MuRah) dan Warsubi - KH. Salmanuddin Yazid atau Gus Salman (WarSa) sudah menunjukan peforma terbaiknya.
BACA JUGA:Hadir di Reuni Akbar, Pasangan WarSa Didoakan Ribuan Jemaah Haji Menang di Pilkada Jombang
BACA JUGA:Tahapan Pilkada Jombang 2024, Duet Warsa Jalani Pemeriksaan Kesehatan di Surabaya
Namun, pria yang akrab disapa Farhad menyayangkan adanya kampanye hitam atau saling menjelekan antar paslon di media sosial. Menurutnya, itu bukan menunjukan jiwa kesatria bagi calon pemimpin di kota santri.
“Keduanya sudah menyampaikan program masing-masing dengan baik sesuai kapasitas masing-masing. Tapi pasca debat muncul black campaign bersliweran di medsos. Tentu ini bukan suguhan yang baik untuk masyarakat,” katanya, Sabtu 26 Oktober 2024.
Kemunculan kampanye hitam tidak akan menjatuhkan salah satu paslon melainkan hanya akan menambah catatan buruk dalam demokrasi di Jombang.
BACA JUGA:Terima Rekom Gerindra, Pasangan Warsubi-Gus Salman Berencana Bangun Koalisi Gemuk di Pilkada Jombang
Menurut analisisnya, kampanye hitam yang ditunjukkan oleh tim petahana dengan menjatuhkan lawannya merupakan bentuk kegelisahan dan kepanikan atas hasil survey elektabilitas paslon. Padahal, petahana mempunya poin plus pernah menjabat 1 periode. Harusnya, fokus pada kampanye akan keberhasilan program selama masa jabatannya.
“Munculnya kampanye hitam menunjukan kegelisahan dan kepanikan dari kubu petahana yang tidak yakin atas pencapaiannya selama ini,” ucapnya.
BACA JUGA:Mantab Maju Pilkada Jombang, Warsubi Sebut Kantongi Rekom Gerindra
BACA JUGA:Konstelasi Politik Pilkada 2024, Partai Gerindra Jombang Belum Buka Pendaftaran
Menurut Farhad, jika petahana tumbang, bukan karena kurangnya modal atau dana kampanye, melainkan disebabkan oleh rekam jejak kepemimpinan yang kurang dirasa memuaskan oleh Masyarakat selama lima tahun kepemimpinannya.
“Modal bukanlah faktor utama yang akan menentukan kemenangan atau kekalahan petahana dalam Pilkada ini. Justru, yang akan lebih berpengaruh adalah bagaimana masyarakat melihat rekam jejak kepemimpinan mereka selama lima tahun terakhir,” ungkapnya.
BACA JUGA:Optimistis Usung Calon Sendiri di Pilkada Jombang, Gerindra Buka Peluang Koalisi