MEMORANDUM - Wingko Babat, siapa yang tidak kenal dengan jajanan manis legit khas Lamongan ini? Kue tradisional yang begitu lekat dengan identitas kota ini ternyata menyimpan kisah sejarah yang menarik.
Siapa sangka, di balik kelezatannya, Wingko Babat memiliki akar yang tak terduga: perantau Tionghoa.
Perjalanan Wingko Babat dimulai pada akhir abad ke-19, tepatnya tahun 1898. Saat itu, Kecamatan Babat, Lamongan, menjadi tujuan para perantau dari berbagai daerah, termasuk Tiongkok.
BACA JUGA:Festival Gunungan 1001 Wingko, Gencarkan Promosi Kuliner Wingko Babat
Di antara para perantau tersebut, ada pasangan bernama Loe Soe Siang dan Djoa Kiet Nio. Dengan semangat kewirausahaan yang tinggi, mereka mencoba peruntungan di tanah Jawa.
Kreativitas dan kemampuan beradaptasi pasangan ini melahirkan sebuah inovasi kuliner yang unik.
Berbekal bahan-bahan sederhana yang mudah ditemukan di sekitar mereka, seperti tepung ketan dan kelapa, mereka berhasil menciptakan jajanan manis yang lembut dan gurih.
Jajanan inilah yang kemudian dikenal sebagai Wingko. Karena dibuat di Babat, maka jajanan ini pun disebut Wingko Babat.
Usaha pembuatan Wingko Babat kemudian dilanjutkan oleh anak mereka, Loe Lan Ing. Dengan semangat yang sama seperti orang tuanya, Loe Lan Ing terus mengembangkan resep Wingko Babat hingga mencapai cita rasa yang sempurna.
Nama Loe Lan Ing pun seiring waktu menjadi merek dagang yang sangat terkenal dan menjadi sinonim dengan kelezatan Wingko Babat.
Berkat ketekunan dan kualitas yang terjaga, Wingko Babat Loe Lan Ing semakin populer dan menjadi ikon kuliner Lamongan. Warisan Loe Lan Ing tidak hanya berupa resep, tetapi juga semangat untuk terus berinovasi.
BACA JUGA:Kenalkan Jajanan Khas, Lamongan Bakal Pamerkan Gunungan 1.001 Wingko Babat
Hingga kini, Wingko Babat Loe Lan Ing tetap menjadi pilihan favorit bagi pencinta kuliner tradisional.
Ekspansi Wingko Babat ke Semarang
Kesuksesan Wingko Babat di Lamongan menarik minat anggota keluarga lainnya. Adik perempuan Loe Lan Ing, Loe Lan Hwa, bersama suaminya, The Ek Tjong, memutuskan untuk mengembangkan usaha Wingko Babat di Semarang pada tahun 1944.
Mereka mendirikan merek dagang Cap Sepoor atau yang lebih dikenal dengan Wingko Babat Kereta Api.
Pilihan nama "Cap Sepoor" diambil karena pada masa itu kereta api menjadi moda transportasi utama yang menghubungkan berbagai kota di Jawa.
BACA JUGA:Lomba Kreasi Wingko Megilan Perkuat Branding Kuliner Lamongan
Dengan demikian, Wingko Babat Kereta Api diharapkan dapat dengan mudah menjangkau pasar yang lebih luas.
Hingga saat ini, Wingko Babat terus mengalami perkembangan. Selain rasa original kelapa, kini tersedia berbagai varian rasa yang lebih modern.
Lahir dari akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa, kini Wingko Babat telah menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan kuliner Indonesia.