Peduli Tunanetra, Mahasiswa Untag Surabaya Gagas Inovasi Alat Bantu Virtual dengan GPS Tracking

Rabu 14-08-2024,20:00 WIB
Reporter : Alif Bintang
Editor : Ferry Ardi Setiawan

SURABAYA, MEMORANDUM - Berbekal keinginan membantu penyandang tunanetra, mahasiswa Teknik Informatika Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya Septian Dwi Cahya mengembangkan alat pendeteksi halangan dan lubang yang dinamai tongkat virtual tunanetra.

BACA JUGA:35 Paket Sisa Pengerjaan Saluran Air Dikebut, Ditarget Rampung Sebelum Musim Hujan

Alat ini merupakan hasil tugas akhirnya dengan judul ‘Tongkat Virtual Tunanetra Mengetahui Halangan Lurus dan Lubang dengan Output Getaran dan Suara’. Septian mengaku dalam penyusunan tugas akhirnya banyak sekali dukungan dan arahan dari berbagai pihak, terutama Ir Sugiono MT selaku dosen pembimbing dan dua orang penyandang tunanetra yang menjadi subjek dalam penelitian ini.

BACA JUGA:Satpol PP Surabaya Tertibkan Usaha Barang Bekas di Bantaran Sungai Kali Tebu

“Tujuan utama saya mengambil tugas akhir ini untuk mengembangkan alat bantu yang dapat digunakan penyandang tunanetra dalam berjalan dengan lebih aman dan mandiri. Sehingga dalam perjalanannya, mereka dapat menghindari gangguan atau halangan,” jelasnya ditemui memorandum.co.id, Rabu 14 Agustus 2024.

Alat ini dirancang dalam bentuk kotak berukuran 10,5 cm x 17,5 cm x 5,8 cm yang dapat dipasang pada sabuk. Dilengkapi dengan fitur GPS tracking berbasis website, alat ini memungkinkan keluarga melacak lokasi pengguna secara real-time.

“Setelah alat ini digunakan, GPS akan mengirimkan data lokasi ke program yang hanya dapat diakses oleh keluarga, asalkan terhubung dengan hotspot dari handphone atau Mi-Fi,” tambah Septian, yang akan diwisuda pada akhir bulan ini.

BACA JUGA:Kampung Bendera Darmo Kali Dipenuhi Penjual Pernak-Pernik HUT Kemerdekaan

Septian menambahkan, alat yang dibuat ini menggunakan sensor ultrasonik yang memiliki kemampuan mendeteksi halangan lurus dengan akurasi jarak maksimal 50 cm dan lubang di jalan dengan akurasi jarak maksimal 100 cm.

“Alat ini akan memberikan peringatan berupa suara dan getaran yang mudah dikenali pengguna. Sehingga harapannya dapat meningkatkan mobilitas dan keamanan bagi pengguna dalam beraktivitas sehari-hari,” terangnya.

Selain masih memiliki kapasitas baterai yang rendah, Septian juga berharap alat ini juga dapat dikembangkan agar dapat terintegrasi dengan Artificial Intelligence (AI) dan dapat mengenali objek lain.

BACA JUGA:Antrean Rusunawa Capai 12 Ribu KK, Fraksi PKS Minta Pemkot Beri Perhatian

“Jadi selain baterai yang butuh lebih besar kapasitasnya, pengembangkan yang dilakukan dapat berupa peningkatan kualitas suara dan getaran pada alat agar dapat mudah didengar jelas meskipun dalam kondisi bising. Selain itu, saya berharap alat ini juga dapat mendeteksi objek lain seperti orang sekitar atau kendaraan pada pengembangkan berikutnya,” pungkas mahasiswa yang berhasil lulus empat semester tersebut. (*)

Kategori :