JEMBER, MEMORANDUM - Kecanduan gadget pada anak-anak, terutama generasi digital native yang lahir di atas tahun 2000 menjadi perhatian utama di era teknologi. Gadget, seperti pisau bermata dua, dapat digunakan secara positif untuk keperluan edukasi, tetapi juga dapat memicu perilaku negatif pada anak-anak.
“Dalam konteks pembelajaran, gadget memberikan manfaat besar dengan memudahkan akses informasi, berkolaborasi dengan teman melalui platform daring,” kata Psikolog Senny Weyara Dienda Saputri, dosen Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini di Unej, Senin 03 Juni 2024.
“Namun, dampak negatifnya tidak boleh diabaikan. Anak-anak yang terlalu terbiasa dengan gadget cenderung merasa asing dengan dunia nyata, rentan terhadap bullying, dan memiliki ketidakmampuan dalam menghadapi penderitaan atau pembulian dari orang lain,” tambah Senny.
Senny menjelaskan pentingnya interaksi sosial anak-anak untuk pengembangan psikologis dan kesejahteraan mental. Anak-anak yang lebih suka menyendiri dan terpaku pada permainan, apalagi judi online, dapat kehilangan kemampuan untuk bersabar dan tahan fisik serta mental. Sebaliknya, anak-anak yang aktif bergaul dengan teman lebih mampu mengatasi cobaan dan ejekan.
BACA JUGA:Mahasiswa Unej Sambut Baik Pembatalan Kenaikan UKT
“Perubahan pola perilaku anak-anak terlihat jelas dalam kegiatan sehari-hari. Tempat-tempat umum yang dulu diisi dengan remaja yang berolahraga, bermain di pekarangan komplek, atau bersepeda keliling kampung, kini semakin sepi karena anak-anak lebih memilih berdiam diri di rumah, warung kopi, atau tempat dengan koneksi Wi-Fi untuk sibuk dengan gadget masing-masing,” ujarnya.
Dampak kecanduan gadget juga mencakup hilangnya keterampilan berkomunikasi dalam kehidupan nyata. Anak-anak yang terlalu fokus pada smartphone mereka cenderung gugup berkomunikasi dengan orang lain secara langsung. Ini berbanding terbalik dengan keaktifan mereka dalam berinteraksi di dunia maya, terutama melalui platform seperti TikTok dan Instagram.
Ia mengimbau agar orang tua bijak dalam menyikapi persoalan ini, dengan memberi batasan waktu penggunaan gadget kepada anak. “Misalmya hanya satu jam setelah pulang sekolah atau hanya saat ada tugas sekolah,” tutupnya.(edy)