umrah expo

Gara-Gara CCTV: Rahasia yang Terungkap (1)

Gara-Gara CCTV: Rahasia yang Terungkap (1)

-Ilustrasi-

MALAM itu, rumah tampak seperti biasa—sepi, damai, hanya suara cicak yang memecah kesunyian. Bulan duduk di ruang keluarga, mengenakan daster batik yang warnanya sudah memudar. Ia menatap layar ponsel sambil menyeruput teh jahe hangat. Anak-anak sudah tidur, dan Bintang, suaminya, belum pulang. Katanya ada dinas luar kota, “rapat mendadak dengan klien penting di luar pulau.”

Tak ada yang terasa aneh setidaknya sampai bunyi notifikasi muncul dari aplikasi CCTV rumah. Ada gerakan terdeteksi di halaman depan.


Mini Kidi--

Bulan awalnya tak peduli. Tapi rasa penasaran mendorongnya membuka rekaman. Bukannya pencuri atau binatang, justru sosok yang sangat ia kenal masuk ke rumah: Bintang. Namun yang membuat jantung Bulan berhenti sejenak adalah perempuan yang datang bersamanya.

Bukan kolega. Bukan klien.

Perempuan itu tertawa genit sambil menyentuh lengan Bintang, yang kemudian dengan santainya membuka pintu dan mempersilakan masuk. Di dalam rumah mereka. Di ruang tamu tempat anak-anak biasa bermain lego. Di sofa yang masih menyimpan selimut si bungsu semalam.

Bulan merasa tubuhnya lumpuh. Tapi ia putar ulang lagi, dan lagi. Berharap ada kesalahan. Barangkali itu sekadar adik sepupu. Barangkali itu hanya mimpi. Tapi tidak. Wajah itu terlalu dekat. Sentuhan itu terlalu nyata.

Ia tidak menangis. Tidak langsung menelepon Bintang. Ia diam. Menata napas. Mencoba memahami mengapa rumah yang selama ini ia jaga, berubah jadi tempat pengkhianatan.

Paginya, Bintang pulang. Wajahnya lelah tapi santai. “Anak-anak mana?” tanyanya sambil membuka sepatu.

“Mas, aku lihat rekaman CCTV semalam,” ucap Bulan pelan. Tak ada nada tinggi. Tapi cukup untuk membuat bahu Bintang mengeras.

Ia diam sejenak. Lalu menyahut, “Jadi kamu stalking aku?”

Bulan mengerutkan alis. “Itu rumah kita, Mas. Kamera dipasang buat keamanan, bukan buat ngintip. Tapi Tuhan memang tak pernah tidur.”

Bintang duduk. Menarik napas panjang. “Bulan… aku capek. Capek merasa sendirian di rumah sendiri. Tiap pulang kamu sibuk dengan anak, kerja, dapur, dan aku cuma jadi pelengkap di meja makan.”

Bulan menatapnya. “Jadi kamu memilih bawa perempuan lain ke rumah, dan menginjak kepercayaan yang aku bangun selama ini?”

Sumber: