Jemaah Haji Tertua Debarkasi Surabaya, Sehat dan Semangat di Usia 104 Tahun
Fatahula La Aba (104 tahun), jemaah haji tertua Debarkasi Surabaya tahun ini.--
SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID – Kedatangan kloter 75 di Asrama Haji Surabaya, membawa kisah inspiratif seorang jemaah haji yang luar biasa.
Dialah Fatahula La Aba (104 tahun), jemaah haji tertua Debarkasi Surabaya tahun ini. Pria kelahiran 14 Desember 1920 ini berasal dari Desa Gunung Sari, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Maumere, Nusa Tenggara Timur.
BACA JUGA:Tradisi Leluhur, Jemaah Haji NTT Berdandan Bak Raja dan Ratu Sepulang Berhaji

Mini Kidi--
Di usianya yang telah melampaui satu abad, Fatahula mengejutkan banyak pihak dengan kondisi fisiknya yang masih sehat dan kuat. Hanya pendengarannya saja yang sedikit terganggu.
"Alhamdulillah, seumur hidup saya belum pernah opname di rumah sakit. Saya juga tidak punya penyakit seperti darah tinggi, kolesterol, maupun diabetes," terang Fatahula, sumringah.
BACA JUGA:Tiga Terobosan Perdana Haji 2025: Lebih Terbuka, Terjangkau dan Kompetitif
Ketika ditanya mengenai rahasia kesehatannya, Fatahula dengan rendah hati menyebutnya sebagai karunia dari Allah SWT.
Pria yang memiliki 12 anak ini bahkan berangkat ke Tanah Suci tanpa pendamping karena sang istri telah mendahuluinya.
"Saya mendaftar haji tahun 2019. Alhamdulillah dapat berangkat tahun ini karena program prioritas lansia. Anak saya sebenarnya mau mendampingi, akan tetapi karena masa pendaftaran haji belum 5 tahun, jadi belum bisa berangkat tahun ini," ungkap mantan nelayan ini.
BACA JUGA:Puluhan Kloter Jemaah Haji Asal NTT Tiba di Tanah Air, Gubernur Harap Raih Haji Mabrur
Kisah ketangguhan Fatahula selama beribadah haji pun diceritakan oleh rekan sekamarnya, Arifin Daeng Ahmad (60 tahun).
"Alhamdulillah, beliau dapat melakukan tawaf tanpa bantuan kursi roda bahkan di sana beliau membantu mendorong rekan jemaah yang memakai kursi roda. Beliau setiap hari ikut tawaf," kenang Arifin.
Saking semangatnya, Fatahula bahkan sempat marah jika tidak diajak ke Masjidil Haram karena merasa masih mampu, meskipun jarak hotel cukup jauh.
Sumber:



