Gabriel Jaya Saputra, Pemuda Surabaya yang Temukan Ketenangan dalam Pelukan Islam
Gabriel Jaya Saputra--
Kakaknya memberikan nasihat yang mengubah pandangan Gabriel.
"Kamu tidak perlu menunggu sampai sempurna untuk menjadi muslim. Yang penting adalah niatmu. Setelah itu, kamu bisa terus belajar dan memperbaiki diri," ujar kakaknya.
Namun, titik balik terbesar terjadi saat Gabriel sedang dalam perjalanan menuju Curug. Supir mobil yang ugal-ugalan membuatnya merenung.
"Jika saya meninggal sekarang, saya akan pergi dalam keadaan kafir," pikirnya.
BACA JUGA:Pemuda Islam Abangan Bingung Hendak Nikah vs Mualaf
Gabriel akhirnya memutuskan untuk bersyahadat di Masjid Al-Akbar Surabaya. Proses ini terjadi begitu saja, tanpa direncanakan. Seorang teman lama mengajaknya salat subuh di masjid, dan pertemuan itu membawanya pada pengurus masjid yang kemudian membimbingnya mengucapkan dua kalimat syahadat.
"Begitu saya mengucapkan syahadat, rasanya seperti beban besar terangkat dari pundak saya. Saya merasa damai," kenang Gabriel
Setelah syahadat, Gabriel tidak dibiarkan sendirian. Ia dibimbing oleh ustaz di Masjid Al-Akbar untuk mempelajari fikih, Al-Qur’an, dan ajaran Islam lainnya.
BACA JUGA:Penolak Syariat Islam Terjebak Jadi Mualaf Penikmat Syariat (1)
"Guru itu sangat penting. Tanpa guru, kita bisa tersesat dalam memahami Islam," katanya.
Perjalanan Gabriel tidak berhenti di sana. Setelah menjadi muslim, ia menghadapi cobaan berat. Keluarganya menjauh, pekerjaannya terganggu, dan orang-orang terdekatnya pergi meninggalkannya.
"Tapi anehnya, meski semua masalah datang bertubi-tubi, saya merasa tenang. Saya belajar bahwa dalam Islam, setiap masalah ada solusinya di Al-Qur’an. Itu yang membuat saya kuat," ujarnya.
BACA JUGA:Penolak Syariat Islam Terjebak Jadi Mualaf Penikmat Syariat (2)
Gabriel juga menemukan inspirasi dari kisah Mus’ab bin Umair, sahabat Nabi Muhammad SAW, yang kehilangan segalanya setelah masuk Islam.
Sumber:

