Catatan Bersama Dahlan Iskan ke Tanah Suci (1) - Tempat Suksesi

Catatan Bersama Dahlan Iskan ke Tanah Suci (1) - Tempat Suksesi

Keluarga besar Surat Kabar Harian Memorandum - Travel Bakkah, bisa kembali melaksanakan ibadah Umrah ke tanah suci.--

Oleh : Choirul Shodiq

Ada dua peristiwa menarik, ketika Umrah Bersama Memorandum tahun ini.

Di dalam negeri saat ini sedang ada peristiwa suksesi, pemilihan umum Februari lalu, sedangkan di Madinah, tempat suksesi pertama setelah Rasulullah wafat tengah dipugar.

Tempat suksesi tersebut dalam catatan berikutnya, akan saya tulis bagaimana kondisinya sekarang.
Selain itu juga sejarah apa yang mewarnai tempat suksesi di Madinah itu.

Untuk catatan pagi ini, saya awali dengan bersyukur kepada Allah, bahwa keluarga besar Surat Kabar Harian Memorandum, bisa kembali melaksanakan ibadah Umrah ke tanah suci.

Mereka yang berprestasi, dapat kebagian pergi umrah bersama Memorandum. Di antaranya ada nama nama seperti Yoyok, Wawan, Syaiku, Ahmad, Herry, dan beberapa nama lainnya.

Mudah mudahan semua karyawan yang berprestasi nantinya bisa menyusul.

Dari tahun ke tahun, setiap kali menginjakkan kaki di tanah suci Makkah dan Madinah, tangan ini serasa "gatal" ingin menulis apa saja yang ada dan yang terjadi di tempat tersebut.

Anggap saja sebagai oleh oleh untuk pembaca Memorandum.


Dahlan Iskan dan Choirul Shodiq--Untuk kesekian kalinya, saya memilih Travel Bakkah. Alasannya ?

Hanya soal kedekatan saja.

Direkturnya dulu satu group di Jawa Pos. Dulu Mas Bajuri, yang sekarang jadi direktur Bakkah itu, pernah jadi direktur Nurani, tabloid dan majalah religi, anak perusahaan Jawa Pos Group.

Saat itu saya masih aktif di awak redaksi di Graha Pena, sebagai ketua Ombudsmen Jawa Pos Group.  

Hubungan saya dan Mas Bajuri, sangat dekat. Kami merasa tidak sungkan untuk  berkoordinasi.

Saya bisa minta tolong apa saja, tanpa rasa malu, kepadanya. Kali ini ia kembali tetap mendapingi rombongan kami.

Saya tidak segan minta tolong untuk mengatur penjemputan Abah Dahlan dan ibu, yang berangkat dengan pesawat lain, dan turun di terminal kedatangan yang berbeda, dengan rombongan kami.

Semua bisa diaturnya dengan lancar.

Bahkan ketika awal mula, kami sedianya akan berangkat, lewat Turkiye. Karena Abah Dahlan, ingin melakukan perjalanan jurnalistik lewat darat, dengan tujuan beberapa kota, dan negara di timur tengah.

Diantaranya, Syiria, Damaskus, Aleppo, Turkiye, Konya, Maulana, Rumi, Angkara  dan sekitarnya. Karena situasinta tidak menungkinkan, rencana tersebut akhirnya batal.

Meski tidak jadi ke Turkiye, Abah Dahlan dan ibu, ternyata ada sekenario perjalanan yang tetap berbeda.

Sedianya kami bisa berangkat bersama, dari Surabaya, turun Madinah. Karena ada kesibukan  lain di Jakarta, Abah Dahlan dan ibu harus berangkat lewat Jakarta dengan pesawat Etihad, turun di Jeddah.

Sedang kami rombongan Memorandum tetap berangkat dari Surabaya, dengan pesawat Lion, turun di Madinah.

Turun di Jeddah Abah Dahlan, menuju Madinah, dengan kereta cepat, didampingi Mas Husen, petugas Bakkah yang ada di Saudi.

Sehingga waktu kedatangannya di Madinah, bisa hampir bersamaan masuk di Hotel Andalus Darussalam.

Setahun yang yang lalu, saya bersama anak istri dan menantu, mendampingi rombongan Memorandum juga menikmati kereta cepat tersebut. Keretanya enak, tenang, dan cepat.

Perjalanan Madinah ke Makah hanya ditempuh dalam waktu sekitar 135 menit. Berbeda jika harus naik bis, perlu waktu sekitar 6 jam.

Bagaimana dengan catatan kisah tempat suksesi di Madinah itu. Ikuti kisah berikutnya besok.  (Bersambung)

Sumber: