Psikolog: Perlu Kesiapan Mental Menghadapi Masa Purna Tugas sebagai Anggota DPRD Surabaya

Psikolog: Perlu Kesiapan Mental Menghadapi Masa Purna Tugas sebagai Anggota DPRD Surabaya

Antony, Psikolog dari Lembaga Psikologi Dr Soetomo Surabaya. --

SURABAYA, MEMORANDUM-Banyaknya caleg petahana yang lengser dari DPRD Surabaya pasca Pileg 2024 menandakan pergeseran besar dalam dunia politik. Bagi mereka yang harus meninggalkan kursi dewan, masa transisi ini bisa menghadirkan berbagai tantangan mental dan emosional.

Psikolog dari Lembaga Psikologi Dr Soetomo Surabaya, Antony menjelaskan, bahwa memasuki masa purna tugas membutuhkan waktu untuk beradaptasi dari kesibukan bekerja ke waktu luang yang panjang. 

"Bagi seseorang yang memasuki masa purna tugas akan membutuhkan waktu untuk merubah orientasi kehidupannya dari suasana bekerja ke suasana waktu luang yang panjang, " kata Antony,  Kamis (14/3/2024). 

BACA JUGA:Jukir Nakal Tarik Parkir Mahal Masih Marak, Tercatat 64 Pengaduan Warga dalam 4 Bulan

Perubahan ini dapat memicu goncangan mental, kecemasan, dan kekhawatiran, bahkan berdampak pada kesehatan fisik dan psikologis.

BACA JUGA:Student Mocktail Competition 2024 Dorong Kompetensi Pelajar Menjadi Barista Profesional

"Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa purna tugas akan menimbulkan goncangan mental yang tidak dapat dihindari. Disebabkan karena adanya perasaan tidak rela untuk melepas jabatan yang selama ini telah dimiliki dan dinikmati. Jadi pasti ada perasaan cemas dan kawatir dan apabila berlebihan dapat mengganggu keadaan fisik dan psikologisnya, " paparnya. 

Menurutnya, kehilangan teman, status sosial ekonomi, dan fasilitas yang diperoleh selama bekerja dapat menjadi sumber kecemasan dan gejolak psikologis. 

"Seseorang yang mengalami masa purna tugas akan mengalami kecemasan dan goncangan perasaan yang begitu berat. Kecemasan ini terjadi karena mereka harus meninggalkan teman-temannya, status sosial ekonomi serta fasilitas-fasilitas lain yang mereka peroleh selama bekerja, " jelasnya. 

Emosi yang tidak stabil, mudah tersinggung, dan gelisah merupakan beberapa ciri gejolak ini.

"Dalam hal ini menyebabkan timbulnya gejolak psikologi, yaitu suatu perasaan yang ditandai dengan emosi yang tidak stabil, mudah tersinggung dan marah, serta sering berada dalam keadaan gelisah dan cemas, " ujarnya. 

Antony menyampaikan jika kecemasan dan ketakutan ini tidak dikelola dengan baik, Post Power Syndrome bisa terjadi. Ini merupakan kondisi di mana individu merasa kehilangan identitas, harga diri, dan tujuan hidup setelah kehilangan kekuasaan.

"Kekawatiran, kecemasan dan ketakutan yang berkelanjutan akan berdampak pada keseimbangan emosional individu dan akhirnya akan termanifestasi dalam berbagai keluhan fisik, Stress, depresi, tidak bahagia merasa kehilangan harga diri dan kehormatan yang bisa berakibat terjadinya Post Power Syndrom, " jelasnya. 

Namun, masa purna tugas bukan berarti akhir dari segalanya. Menjaga kesehatan fisik, mental, dan sosial, serta merasa dibutuhkan, dicintai, dan memiliki harga diri merupakan kunci untuk menjalani masa pensiun dengan bahagia. 

Sumber: