Pers Milik Kita

Pers Milik Kita

Tanggal 9 Februari diperingati sebagai Hari Pers Nasional (HPN). Tahun ini puncak peringatannya digelar di Kota Banjar Baru, Kalimantan Selatan, Sabtu (8/2).Di tengah keriuhan peringatan HPN 2020, Presiden RI Joko Widodo pun berujar dirinya adalah temannya pers. Wow, orang pertama di negara ini mengaku seperti itu. Beberapa wartawan berdecak kagum. Tapi, beberapa yang lain menganggap biasa soal itu. Menurut mereka, sosok presiden malah keliru jika tidak mengaku temannya pers. Karena, pers merupakan pilar keempat bagi kehidupan bernegara. Di negara mana pun, kecuali negara monarki. Terlebih, kini negara sedang berkonsentrasi penuh memindahkan ibu kota negara dari Jakarta ke Kalimantan Selatan, tentu sosok yang terpilih dua kali menjadi presiden RI itu butuh dukungan pers. Nah, bentuk kebutuhan itu diwujudkan Pak Presiden dengan mendekati pers agar mampu membantu menggelorakan kepentingan sukses program pemindahan ibu kota.Yang lain (wartawan yang masih idealis) berpikir sebaliknya. Mereka tidak cukup senang karena pers harus mandiri, tidak berdiri di bawah kepentingan siapa pun. Independen! Menurut mereka, kalau presiden sudah menganggap temannya pers, itu bisa berkonotasi insan pers harus lebih sopan dan santun daripada yang terjadi selama ini, ketika harus mengkiritisi kebijakan Joko Widodo sebagai pengatur dan pemegang segala kebijakan negara. Tidak hanya itu, (bagi mereka) pers bisa dianggap lemah ketika berhadapan dengan kekuasaan. Sebab, kekuasaan selalu mengusung kepentingan dalam setiap langkah untuk melanggengkan kekuasaannya. Pun, kekuasaan itu akan selalu bi-cara dan bertindak lebih mementing-kan sukses kelompok atau barisannya. Yang di luar “barikade” pusat kekuasa-an penguasa akan selalu dipinggirkan. Kalau perlu, dibuat tidak berdaya.Lantas, wajarkah Joko Widodo mengungkapkan pernyataan itu? Pertama, tentu insan pers harus kembali ke khittah-nya, jika mau menjawab pertanyaan itu. Kedua, pers juga harus jujur ketika bicara soal perkembangan di era digitalisasi dan globalisasi seperti saat ini. Era yang mengikis idealisme pers akibat industrialisasi. Ketiga, pers harus pandai-pandai menempatkan diri dan pinter-pinter membaca segala kepentingan yang ada. Keempat atau yang terakhir, pers adalah milik kita. Jadi, apa pun yang terjadi pada dunia pers, kitalah (insan pers) yang akan menentukan. Untuk selamanya, ketika negara ini masih memberi hak hidup untuk indepen-den kepada pers. Karena, itulah roh kita, insan pers. Selamat Hari Pers Nasional 2020

Sumber: