Gerakan Male Catcalling Menyasar Laki-laki: Bentuk Pelecehan atau Kesalahpahaman?
-freepik-
MEMORANDUM - Fenomena "male catcalling" baru-baru ini menjadi perbincangan hangat di media sosial. Gerakan ini bertujuan untuk menyoroti pelecehan seksual yang dialami laki-laki di ruang publik.
Bentuk-bentuk "male catcalling" dapat berupa komentar verbal tentang penampilan fisik, siulan, klakson mobil, hingga sentuhan yang tidak diinginkan.
Dampak "male catcalling" pada laki-laki bisa beragam, seperti rasa malu, tidak nyaman, terancam, dan bahkan trauma.
BACA JUGA:Sisi Pastoral Ande-ande Lumut dan Pencegahan Pelecehan Seksual
Namun, beberapa orang mempertanyakan apakah "male catcalling" dapat dikategorikan sebagai pelecehan seksual. Argumen mereka didasari oleh anggapan bahwa laki-laki dianggap lebih kuat dan tidak mudah terpengaruh dibandingkan perempuan.
Di sisi lain, banyak yang mendukung gerakan ini dan menegaskan bahwa setiap orang berhak untuk merasa aman dan nyaman di ruang publik, regardless of their gender.
Penting untuk memahami bahwa "male catcalling" merupakan bentuk pelecehan seksual yang dapat berdampak negatif bagi korban.
Diperlukan edukasi dan kesadaran dari semua pihak untuk menciptakan ruang publik yang aman dan inklusif bagi semua orang.
Berikut beberapa poin penting untuk dipertimbangkan:
1. Laki-laki juga bisa menjadi korban pelecehan seksual.
2. Dampak pelecehan seksual tidak mengenal gender.
3. Penting untuk membangun budaya saling menghormati di ruang publik.
4. Edukasi dan kesadaran gender perlu terus digalakkan.
Gerakan "male catcalling" merupakan langkah positif untuk meningkatkan kesadaran tentang pelecehan seksual yang dialami laki-laki. (*)
Sumber: