Home Industry Ganja Sintetis Muncul di Surabaya, Waspadai Bahayanya

Home Industry Ganja Sintetis Muncul di Surabaya, Waspadai Bahayanya

Surabaya, memorandum.co.id - Penggerebekan home industry ganja sintetis di apartemen High Point Surabaya merupakan fenomena puncak gunung es. Realitas di lapangan cukup mengkhawatirkan. Beragam jenis ganja sintetis sudah banyak beredar, mulai dari Hanoman, Ganesha, Thunderbear, Cap Badak, hingga Cap Gorilla yang paling dikenal. Padahal, efek ganja sintetis jauh lebih berbahaya daripada ganja biasa, bahkan sudah terbukti mematikan. Sebab, ganja sintetis bukanlah ganja pada umumnya. Ganja sintetis merupakan campuran bahan kimia industri yang disemprotkan pada daun kering dan potongan rumput biasa kemudian dibungkus sedemikian rupa dan diedarkan. Berdasar penelusuran memorandum.co.id, Jumat (7/2/2020), ganja sintetis saat ini sudah masuk dalam kelompok zat psikoaktif baru yang tergolong ke dalam kategori narkotika golongan 1. Ganja sintetis dimaksudkan untuk meniru efek ganja biasa, tapi bisa menampakkan efek hingga ratusan kali lebih kuat. Ilmuwan pelopor pencipta ganja sintetis, John W. Huffman, tidak merekomendasikan senyawa ini untuk dikonsumsi masyarakat awam. Sebab, ganja sintetis ini diciptakan bukan untuk konsumsi manusia. Senyawa ini awalnya dirancang selama 20 tahun terakhir oleh John William Huffman, seorang lulusan Harvard dan profesor kimia organik di Clemson University atas alasan medis untuk menyelidiki efek ganja pada hewan penelitian di laboratorium yang terkontrol. Namun senyawa ini tidak pernah dimaksudkan untuk konsumsi manusia atau dievaluasi untuk keselamatan manusia. Pada 2008 setelah publikasi karyanya, satu jenis ganja sintetik yang disebut JWH-018 tiba-tiba muncul ribuan mil jauhnya di laboratorium forensik Jerman. Mereka menamakannya 'Spice' dan menyebarkannya ke pelanggan yang penasaran akan ganja baru ini. Mirisnya, ganja kekinian ini sangat mudah dan cepat dibuat, juga tergolong murah-meriah dalam biaya produksinya. Maka tidak butuh waktu lama bagi bandar jalanan untuk memanfaatkan peluang tersebut dan membuka pasar baru bagi ganja sintetik. Bahan-bahan kimia yang terkandung dalam ganja kekinian ini bekerja mirip THC, senyawa psikoaktif alami yang ditemukan dalam tanaman ganja. Baik THC maupun senyawa kimia sintetik mengikat pada sistem reseptor CB1 di otak Anda untuk menghasilkan efek euforia (sensasi bahagia amat sangat). Akan tetapi ganja sintetis memiliki daya rusak yang lebih menyeramkan dari ganja asli yang berusaha ditirunya, seringkali pada dosis yang sangat rendah. Efeknya termasuk muntah-muntah, nyeri dada, pusing, peningkatan denyut jantung, penglihatan menghitam, sakit kepala, kerusakan ginjal, ngilu, kebingungan, pembesaran pupil, kejang, gerakan anggota tubuh involunter (kedutan), turunnya kadar kalium dalam darah, serta meningkatnya glukosa. Penggunaan ganja sintetis juga telah dikaitkan dengan perubahan perilaku seperti cepat marah, mengamuk, halusinasi, hingga gejala psikosis. Dalam beberapa kasus, efeknya bisa menyebabkan stroke, darah tinggi, sesak napas, gagal jantung akut, serangan jantung, hingga kematian.(gus/ziz)

Sumber: