Suroboyo Bus, Minim Armada dan Trayek : Hanya Layani 2 Rute

Suroboyo Bus, Minim Armada dan Trayek : Hanya Layani 2 Rute

Opening halaman Metropolis Koran Memorandum--

"Saat ini masih belum untuk penambahan Suroboyo Bus, Jadi kita lebih fokus ke penambahan rute feeder. Tapi kalau nanti ada alokasi anggaran, kita mencoba aplikasi untuk penambahan rute bus tapi menggunakan bus listrik," ungkapnya.

Ali menambahkan bahwa saat ini sedang dilakukan uji coba bus listrik berasal dari perusahaan otobus swasta. Dimana Dishub Surabaya juga berencana mengganti bus umum diesel jadi listrik seluruhnya.
"Saat ini sedang diuji coba. Kita nanti ada rencana penambahan rute bus, tapi bus listrik, " ungkapnya.

Diketahui tujuh unit bus milik swasta yang sudah diuji coba sejak 8 November 2023 lalu, akan berlanjut dengan kerja sama lewat skema Buy The Service (BTS).

"Nanti kita melakukan BTS dengan perusahaan swasta. Jadi kami sedang melakukan uji coba. Kami mau melihat bagaimana ketahanan baterai, performanya. Kami membutuhkan prasarananya seperti apa, charging-nya itu kebutuhannya berapa. Pola operasinya seperti apa, sampai dengannya detail kebutuhan untuk anggaran untuk pengadaan maupun secara pemeliharaan. Sehingga masih uji coba," paparnya.

BACA JUGA:Naik Suroboyo Bus Bisa Bayar Pakai Elektronik

Pihaknya menunggu perkembangan hasil uji coba bus listrik milik PT Kalista Nusa Armada tersebut. Setelah itu akan dilakukan evaluasi untuk konversi bus diesel ke listrik.

"Sampai Februari uji coba (bus listrik). Setelah Februari baru dibuatkan evaluasi dan kajian transisi bus diesel ke bus listrik," imbuhnya.

Sebelumnya, uji coba bus listrik dilakukan selama 3 bulan. Bahkan sebelumnya, bus warna hijau tersebut sempat digunakan transportasi piala dunia U-17.

Ukuran bus listrik yang sedang diuji coba juga berbeda-beda. Ada ukuran bus mini hingga mirip feeder.

Ali Mustofa menambahkan bahwa selama masa uji coba, ada tujuh bus listrik akan beroperasi di rute jalanan Surabaya secara acak.

Hal ini guna mempermudah evaluasi dengan mengacu tingkat kepadatan penumpang di wilayah yang dilewati.

"Untuk unitnya ada tiga bus besar, tiga bus sedang sama satu bus kecil atau mini bus. Di mana satu bulannya itu beroperasinya bergantian, " ujarnya.

Untuk biaya operasional moda transportasi itu lebih murah dibandingkan dengan bus konvensional. Untuk jarak 1 kilometer, kendaraan listrik hanya membutuhkan 1 kWh. Ali menyimpulkan jika penggunaan kendaraan listrik tersebut lebih hemat.

Untuk menempuh jarak 320 km memerlukan biaya charger Rp 280 ribu. Angka tersebut memiliki selisih yang jauh ketimbang harus membeli solar.

"Kita tes di tiga rute. Ukuran besar dari Terminal Purabaya-Rajawali. Ukuran sedang dari Terminal Intermoda Joyoboyo ke Rajawali. Kalau yang kecil rute Terminal Bratang-Stasiun Pasar Turi," ujarnya.

Sumber: