Mengapa ketika Sedekah Bumi, Warga Bringkang Selalu Menggelar Pertunjukan Wayang? Ini Jawabannya

Mengapa ketika Sedekah Bumi, Warga Bringkang Selalu Menggelar Pertunjukan Wayang? Ini Jawabannya

Sedekah bumi di Desa Bringkang selalu menampilkan pertunjukan wayang kulit.--

MEMORANDUM-Urban Legend (cerita rakyat) kali ini menelisik tradisi sedekah bumi di Desa Bringkang, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik

Terbagi atas tiga Dusun ( Bringkang, Buyuk dan Talun), 9 Rw dan 30 RT, terletak di wilayah Gresik bagian selatan dengan koordinat 7° 17' 26" South, 112° 33' 51" East, 145 Km dari garis pantai selat Madura.

Dahulu wilayah perbatasan ini merupakan kawasan hutan seluas 343,03 Ha, Pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda daerah ini di jadikan landschap/daerah onderafdeling (setingkat kawedanan) yang merupakan bagian dari suatu karesidenan (afdeling=sebuah wilayah administratif pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda ).

BACA JUGA:Legenda Sumur Welut, Lakarsantri, Surabaya yang Menyimpan Kisah Mistis

Administratornya dipegang oleh seorang asisten residen diperintah seorang wedana bangsa belanda yang disebut Controleur/patih dan dikepalai oleh seorang bumi putera yang disebut districhoofd atau kepala dukuh, dengan tujuan membawa pasar ke depan (brengen) dari pelabuhan Grissee (Gresik) dan dari pelabuhan Surabaya .

Kini area hutan di desa Bringkang hanya 4,5 Ha, sebagian besar lahan telah diperuntukkan untuk Tanah sawah 153,2 Ha, tegal/kebun 131,60 Ha, Pekarangan/halaman 30 Ha dan lainnya 23,86 Ha

Menariknya, tradisi Tegal Deso (sedekah bumi) di Desa Bringkang selalu nanggap atau dimeriahkan oleh pertunjukan wayang kulit.

Kapan tepatnya tidak ada yang tahu. Namun menurut Satu, warga setempat pertunjukan wayang kulit sudah berlangsung sejak dia masih kecil. “Tidak tahu asalnya tapi memang sejak dulu kalau Tegal Deso (sedekah bumi) selalu nanggap wayang kulit,” ungkapnya.

Memorandum.disway.id mencoba menelisik dan bertanya kepada Pakde. Lagi-lagi yang bersangkutan tidak bisa menjawab dengan pasti mengapa ketika sedekah bumi berlangsung selalu nanggap wayang.

“Saya juga tidak tahu alasannya. Tapi secara turun temurun, setiap sedekah bumi selalu nanggap wayang. Tidak ada yang berani mengusulkan nanggap wayang. Bahkan saya ingat, sudah lima kali pergantian kepada desa, selalu nanggap wayang,” bebernya.

Dari data yang dikumpulkan tim Memorandum.disway.id, pertunjukan wayang di Desa Bringkang ketika sedekah bumi berlangsung dilaksanakan di dua tempat. Antara lain di sumur kulon (siang hari) dan balai desa (malam hari).

Menariknya, di sumur kulon ini, terdapat semacam petilasan yang konon kabarnya sempat disingahi oleh seseorang yang informasinya membuka hutan di Bringkang. Saat ini, petilasan tersebut masih dirawat dengan baik.

Kembali kepada pertunjukan wayang ketika sedekah bumi, masih belum terkuat sejatinya. Sebab, warga juga selalu sepakat untuk nanggap wayang ketika sedekah bumi berlangsung.

Pernah ada seseorang yang mengatakan bahwa, jika tidak nanggap wayang, sesepuh desa yang sudah meninggal tidak akan terima. Bahkan informasinya lagi, pernah suatu ketika ketika sedekah bumi nanggap ludruk, justru banyak warga yang sakit. Nah, ini yang masih menjadi misteri.

Sumber: