Siapkan Santri Masuk Dunia Industri, BDI Surabaya dan RMI PBNU Gelar Pelatihan Kerja
Pelatihan menjahit untuk para santri di Jawa Timur.--
SURABAYA, MEMORANDUM - Puluhan alumni dan santri yang ada di Jawa Timur mengikuti pelatihan Diklat 3 in Operator Jahit kompenen angkatan ke-31, di Balai Diklat Industri (BDI) Surabaya, mulai Senin 23 Oktober-14 November 2023.
Diketahui Balai Diklat Industri Surabaya bekerja sama dengan Rabithah Marahid Islamiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (RMI PBNU) menyelenggarakan pelatihan siap kerja bagi para santri atau alumni santri.
"Ini pelatihan prioritaskan dan ditempatkan ke industri germen di 3 unit ya. Ada di PT KSS Magetan, PT Glory di sragen dan PT Jaya di Sragen," kata Kepala BDI Surabaya Zya Labiba, Senin 23 Oktober 2023.
BACA JUGA:Pemkab Jombang Gelar Pelatihan Kerja, Ini Pesan Bupati Mundjidah
Zya Nabila menyampaikan total sebanyak 50 santri yang mengikuti diklat ini. Mereka banyak berasal dari pondok pesantren (Ponpes) yang ada di Jawa Timur, yakni Magetan, Jombang, Jember, Tuban.
"Jadi memang pelatihan harus melalui proses selama 13 hari, yang nanti diakhir dengan uji kompetensi tentunya ada sertifikasi profesi. Setelahnya, mereka ditempatkan kerja di tempat mitra yang bekerjasama dengan kami," jelasnya.
Ketua RMI PBNU Hodri Ariev menyampaikan bahwa pihaknya berharap dengan memberikan pelatihan kepada para santri di usia produktif agar mereka mempunyai pekerjaan dan skill di bidangnnya.
"Kita berharap ada sebanyak mungkin santri yang berada di usia produktif agar mereka tidak menjadi pengangguran dan jadi beban negara, di pelatihan ini tentu mereka akan lebih produktif dan mereka bisa mandiri," ujarnya.
BACA JUGA:Kemenperin Gelar Pelatihan 3 In 1 di 7 Balai Diklat Industri
Ia menyebut selama ini di pesantren, para santri hanya mendapatkan pelajaran akademik saja. Meskipun, ada kegiatan pendidikan seperti lifestyle itu tetapi tidak membekali keterampilan kerja.
"Maka kerjasama dengan BDI kami berharap para santri memiliki kemampuan kerja yang lebih baik, karena di pesantren tidak di ajarkan keterampilan kerja, cuma diajari ilmu-ilmu yang sifatnya analisa, akademik, semacam itu," jelasnya.
Hodri pun membeberkan tercatat jumlah santri di Indonesia sekisar hampir 4 Juta orang diantaranya afilasi dengan NU yakni sekisar 2,8 juta. Artinya lulusan santri setiap tahun jumlahnya cukup besar.
"Jumlah Pesantren di Indonesia 36 ribu pesantren secara keseluruhan. Yang berafiliasi dengan NU 27 ribu pesantren. Bayangkan kalau pesantren meluluskan 100 orang setiap tahun maka jumlahnya mungkin sangat besar," bebernya.
BACA JUGA:Tim Gugus Tugas Covid-19 Bangkalan Bersihkan Balai Diklat BKPSDA
Lulusan pesantren, kata dia, tidak semua melanjutkan ke perguruan tinggi. Bahkan, diantara mereka hanya bekerja tanpa skill yang dia punyai.
"Kalau tidak melanjutkan tidak ada keterampilan kerja maka mereka akan menjadi pekerja kasar dan incomenya menjadi lemah," tuturnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan dibanding santir yang melanjutkan perguruan tinggi hanya sekitar 35 persen. Sisanya, 65 persen santri tidak melanjutkan dan bekerja di informal.
"Pelatihan ini penting, kita menyambut baik. Kita mulai dari BDI Surabaya, BDI yang lain juga membuka peluang yang baik. Peluang bukan hanya pesantren, tapi kebetulan latar belakang mereka belajar di pesantren, tapi mereka bagian dari Indonesia secara utuh," terangnya.
BACA JUGA:Platform Diklat Online Kemenag Banjir Peminat
Sementara salah satu peserta Diklat M. Adam Badrusoleh asal Ponpes Darul Ulum Jombang mengaku pertama kali melakukan pelatihan diklat ini. Alasannya, ia mendaftar diklat pelatihan kerja untuk menambah pengalaman dan mengasah skill dibidang penjahitan.
"Buat nambah pengalaman. Harapannya bisa kerja dan tidak bergantung dengan orang tua. Bisa usaha sendiri, buka toko mandiri. Pengalaman dulu," tandasnya.(alf)
Sumber: