Pertanian Sehat Ramah Lingkungan Berkelanjutan Dongkrak Ekonomi Masyarakat Kedungtuban

Pertanian Sehat Ramah Lingkungan Berkelanjutan Dongkrak Ekonomi Masyarakat Kedungtuban

Pertanian Sehat Ramah Lingkungan Berkelanjutan Dongkrak Ekonomi Masyarakat Kedungtuban--

Kini, usaha itu membuahkan hasil. Berbagai produk pertanian organik telah berhasil dihasilkan secara kontinu. Seperti hasil panen padi.

"Hasilnya seperti beras organik. Ada beras putih, beras merah dan beras hitam. Jika pertanian konvensional harga panen ditentukan tengkulak, kalau pertanian organik harganya ditentukan petani. Satu kilogram beras putih organik misalnya bisa sampai Rp 17 ribu. Sehingga perekonomian masyarakat meningkat," bebernya disambut riuh tepuk tangan.

Tidak berhenti di situ, kelompok Rini juga mengembangkan program Sayuran Organik Keluarga (Sorga).

Ini dilakukan untuk menjaga ketahanan pangan di lingkup terkecil keluarga.

Banyak dari mereka yang bercocok di berbagai media tanam, baik itu hidroponik dan lainnya.

Ada cabai, tomat, sawi dan lain sebagainya. Emak - emak kini bisa panen kebutuhan dapur dari halaman rumah.

Dari 17 desa yang ada di Kecamatan Kedungtuban, sudah ada lima desa yang turut dalam pengembangan PSRLB ini.

Yakni Desa Bajo 25 orang, Desa Ngraho 24 orang, Desa Sidarejo 29 Orang, Desa Tanjung dua orang dan Desa Sogo dua orang.

Selain jangkauan program dan penerima manfaat yang kian luas, kelompok Sri Widyorini juga terus berkembang.

Masih bersama PEP Aset 4 Field Cepu, mereka sejak tahun 2019 mulai menggarap budidaya tanaman herbal.

Melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), perusahaan memberi pembelajaran cara pemanfaatan tanaman berkhasiat obat, serta pengolahan dan penyajiannya.

Masyarakat diberi pelatihan dan pendampingan bagaimana memanfaatkan tanaman menjadi produk herbal yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, lingkungan dan orang lain.

Bahkan diharapkan bisa membantu perekonomian. Caranya dengan menjual produk herbal hasil pelatihan pengolahan tanaman yang memiliki kasiat obat tersebut.

"Salah satunya adalah herbal Bunga Telang atau Kembang Telang. Tanaman ini banyak ditemukan di wilayah Kedungtuban, namun keberadaannya sempat terabaikan dan tidak dimanfaatkan. Setelah mendapat pengetahuan dan keterampilan PSRLB dan budidaya herbal, kami lalu mencoba membudidayakan serta mengolah Kembang Telang," urai Rini.

Kembang Telang yang khas dengan warna ungu ini ternyata mengandung banyak manfaat. Seperti mengandung vitamin A, C dan E, mineral dan mampu mendorong produksi kolagen.

Sumber: