Penyesalan Ayah yang Anaknya Tenggelam di Dunia LGBT (1)

Penyesalan Ayah yang Anaknya Tenggelam di Dunia LGBT (1)

Kedatangan Mertua yang Bercita-cita Menimang Cucu Perempuan Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya Seorang pembaca setia Sejuta Kisah Rumah Tangga Memorandum menelepon. “Anak bungsu saya. Dia berdandan seperti perempuan dan pada suatu malam menyelinap keluar rumah,” kata pembaca tersebut, sebut saja Fandi. “Maksud Bapak menelepon Memorandum?” “Saya ingin berbagi. Agar para orang tua waspada terhadap perilaku anak-anak mereka dan segera mengambil sikap sebelum semua terlambat,” kata Fandi dengan suara lirih dan bernuansa sedih. “Sejak kapan anak Bapak berperilaku seperti itu?” “Sulit mengatakan. Yang jelas, saat masih kecil dia memang pernah diperlakukan seperti itu oleh mertua dan istri saya.” “Sekarang di mana dia?” “Itulah masalahnya. Dia kabur sekitar dua pekan yang lalu dan sampai sekarang belum kembali.” Fandi lantas bercerita bahwa anaknya itu, sebut saja Rio (22), lahir secara normal seperti kedua kakak lelakinya. Ketika Rio berusia dua bulan, mertua lelaki Fandi meninggal dunia. Sejak itu mertua perempuannya, sebut saja Oma Bunga, tinggal di rumah. Menurut Fandi, Oma Bunga punya lima anak. Empat laki-kali dan satu perempuan. Dialah istri Fandi, sebut saja Ana. “Semua saudara Ana tidak ada satu pun yang memiliki anak perempuan. Demikian juga Ana. Jagoan semua,” ujar Fandi. Selama di rumah, Oma Bunga sering memperlakukan Rio seperti memperlakukan perempuan. Rio didandani pakaian cewek, dibelikan aneka boneka dan aksesoris-aksesoris cewek lain. “Mami (sebutan Fandi untuk Oma Bunga, red) juga memelesetkan nama Rio jadi Ria,” kata Fandi, yang pada awalnya sempat tidak setuju dengan perlakukan Oma Bunga terhadap Rio. Tapi, Fandi diyakinkan Oma Bunga bahwa perlakukan ini tidak selamanya. Saat Rio sudah memasuki usia sekolah, dia akan diperlakukan normal seperti anak laki-laki lain. Nanti saat sudah saatnya masuk PAUD (pendidikan anak usia dini). Fandi mengalah. Apalagi, keinginan Oma Bunga juga didukung Ana. “Sudah lama Mami ingin memiliki cucu perempuan tapi tidak pernah kesampaian. Biarlah Rio sementara diperlakukan seperti perempuan untuk mengobati kerinduan Mami memelihara cucu perempuan,” kata Ana seperti ditirukan Fandi. Dengan pakaian perempuannya, Rio tampak cantik dan menggemaskan. Ini wajar, karena Rio memang ganteng, seperti juga kakak-kakaknya. Hanya, gerakannya tetap kaku. Tapi, lambat laun tingkah Rio berubah mengikuti Ana, karena dia sering didandadi mirip mamanya. Rio juga suka menirukan segala tingkah polah Ana. Ini terlihat sangat lucu di mata Ana dan Oma Bunga. Lambat laun Fandi turut terjebak memperlakukan Rio seperti memperlakukukan perempuan. Fandi juga ikut-ikutan Oma Bunga dan Ana memanggil Rio dengan sebutan Ria. Hampir seisi rumah penuh dengan boneka mainan Ria eh Rio. Tanpa disadari, saat Rio masuk pendidikan PAUD, perlakuan terhadap dia sebagai princess masih terus dipertahankan. “Saya sempat sadar dan menagih janji Ana agar segera mengubah perlakukan terhadap Rio. Juga mengubah penampilannya,” kata Fandi, yang menjelaskan bahwa kesadaran itu muncul dari teguran guru-guru PAUD saat mendaftarkan Rio. Guru-guru itu bertanya mengapa Rio dipanggil Ria dan didandani seperti cewek? Fandi diam. Tidak bisa segera menjawab. Akhirnya dia mengatakan bahwa yang mendadani Rio adalah neneknya. “Saya tahu jawaban itu salah,” kata Fandi. (bersambung)

Sumber: