Akhirnya Melati Layu di Tangan Arjuna (4-habis)

Akhirnya Melati Layu di Tangan Arjuna (4-habis)

Rencana reuni tipis-tipis Melati dan Budi ternyata tidak berakhir tipis-tipis. Buntutnya panjang. Panjang banget dan nglewer ke mana-mana. Reuni yang hanya berdua itu menyebabkan Melati hamil. Melati kelabakan. Ketika fakta ini disampaikan kepada Budi, lelaki yang berpembawaan pendiam tersebut tidak tampak terkejut. Wajahnya biasa-biasa saja. Datar. Bahkan seperti menahan senyum. Melati makin kelabakan. “Kamu kan punya suami. Masa punya suami takut hamil?” goda Budi seperti diulang Melati. Melati tidak berkutik di hadapan Budi. Hanya, di dalam hati dia berpikir: bisa saja Arjuna bakal curiga. Sebab, setelah sekian lama tidak hamil, ujug-ujug kok hamil. Padahal intensitas hubungan mereka semakin berkurang. Melati pusing memikirkan ini. Meski begitu, dia berusaha bersikap wajar di depan Arjuna. Suatu saat dia mengabarkan kehamilannya dengan (pura-pura) sukacita kepada Arjuna. Tapi seperti ditakutkan Melati, bukannya bahagia mendapat kabar kehamilan istri, Arjuna malah memasang wajah tegang. “Dengan siapa kamu hamil?” pertanyaan yang paling ditakutkan Melati meluncur dari bibir Arjuna. “Ya tentu saja denganmu. Siapa lagi?” balas Melati. “Tidak mungkin,” tegas Arjuna. “Aku tidak akan selingkuh seperti kamu selingkuh dengan Welas. Iya kan?”  kata Melati balik menyerang Arjuna. Lelaki yang sejatinya lebih cakep dari Budi ini tidak membalas. Dia cuma menunjukkan berkas yang diambil dari laci meja kerjanya di rumah. “Ini dari dokter. Baca,” kata Arjuna sambil memberikan beberapa lembar kertas kepada Melati. Dengan tangan gemetar Melati menerima dan membacanya. Ternyata hasil lab, yang menunjukkan bahwa Arjuna seorang lelaki yang menderita gangguan infertilitas. Arjuna mengalami varises pada organ kemaluan yang biasa disebut varicocele. Dalam berkas tersebut dijelaskan bahwa varicocele adalah pembengkakan pembuluh darah vena pada skrotum yang mengganggu aliran darah dan pertumbuhan sperma. Membaca itu, pelan-pelan mata Melati berkunang-kunang. “Dengan siapa kamu hamil?” ulang Arjuna. Kali ini lebih tegas dari yang pertama. Melati tidak mampu bersuara. Dia hanya merasakan tubuhnya lemas. Lemas. Lemas. Dan akhirnya tidak ingat apa-apa. Ketika bangun, Melati sudah berada di tempat tidur sebuah rumah sakit. Hanya ada ibu dan ayahnya di sana. Arjuna tidak ada. Apalagi ayah dan ibu mertua. “Yang sabar ya Nak,” Melati mendengar suara ibunya. Parau dan bergetar. Ayahnya yang selama ini selalu melindungi mengelus-elus punggungnya. Lembut dan penuh kasih. “Maafkan Melati, Ayah… Ibu,” kata Melati. Menurut pengacara yang membantu perceraiannya, hari itu Melati tak lagi pulang ke rumah Arjuna, melainkan pulang ke rumah orang tua sendiri di Surabaya. Dua minggu kemudian datanglah surat panggilan sidang dari PA Surabaya. “Bagaimana cerita Melati dengan mantannya? Masih lanjut? ” tanya Memorandum ke pengacara  tadi. Dijelaskan bahwa Melati beberapa kali menghubungi tapi nomor HP-nya tidak aktif. “Mungkin dia tidak ingin keluarganya terganggu,” katanya. “Boleh minta nomor HP atau WA Melati?” tanya Memorandum agak kepo. “Kalau ada yang kurang jelas, tanyakan saja kepadaku. Maaf. Jangan ganggu dia?” kata pengacara tadi. Tegas. (jos, habis)      

Sumber: