Wakapolres Probolinggo Kota Hadiri Seminar MUI

Wakapolres Probolinggo Kota Hadiri Seminar MUI

Probolinggo, memorandum.co.id - Wakapolres Probolinggo Kota Kompol Imam Pauji hadir dalam seminar bertajuk " Kontribusi Religiusitas dan Sikap Multi Kulturalisme terhadap Fundamentalisme Agama di Kalangan Pelajar Kota Probolinggo" yang merupakan hasil penelitian Komisi Penelitian dan Pengkajian, Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Probolinggo, di Bale Hingil, Jalan Dr Sutomo, Kota Probolinggo, Rabu (18/12). Acara dihadiri Ketua Dewan Pimpinan MUI Kota Probolinggo KH Nizar Irsyad, Kemenag Kota Probolinggo Mufi Imron Rosadi, Staf Ahli Bidang Politik dan Kemasyaraatan Setda Kota Probolinggo Paeni Efendi, dan Perwira Penghubung (Pabung) Kodim 0820 Probolinggo. "Kota Probolinggo sangat kondusif. Situasi itu tidak datang begitu saja, karena rasa aman harus dilakukan dengan cara memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat," ucap Imam Pauji. Polres Probolinggo Kota, kata Imam Pauji, sudah melakukan langkah-langkah upaya membebaskan potensi kerawanan untuk menyiapkan hajat besar perayaan Natal dan Tahun Baru ini mempunyai potensi kerawanan dari tahun ke tahun, mulai terjadinya terorisme, kecelakaan lalu lintas. "Operasi Lilin Semeru 2019 ini kita bersama-sama tetap menjaga situasi aman dan kondusif bagi pemerintah untuk melaksanakan aktivitas," tandas Wakapolres Probolinggo Kota ini. Lebih lanjut, Imam Pauji menyebutkan kejahatan extra ordinary crime terus diantisipasi, seperti  masalah narkoba. Kemudian, termasuk kejahatan cyber crime dalam arti kejahatan dunia maya, kejahatan internet dengan modus modus penipuan melalui promo dan sebagainya. "Ancaman terorisme merupakan ancaman nyata kehidupan yang dipaparkan dengan paham ideologi radikal. Orang yang menginginkan perubahan dengan cara-cara kekerasan secara ekstrim dan seterusnya kalau sudah terpapar," tutur Imam Pauji. Dikatakan Imam Pauji, kelompok mereka sedang melakukan eksekutor yakni menjadi pengantin atau menjadi pelaku ada tahapan-tahapan atau fase. "Kita memberikan pendidikan karakter berupa akhlak, sehingga kejahatan transnasional, terorisme dan  narkoba dapat ditangkal. Kejahatan  seperti ini bisa merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara," sebut Imam Pauji. Sementara itu, Kepala Kemenag Kota Probolinggo Mufi Imron Rosady mengatakan dalam sebuah penelitian adalah metode dilakukan, apakah kuantitatif atau kualitatif, purposif dan sampling. "Metode yang paling menentukan. Kalau misalnya satu-satunya yang mungkin akan lebih cepat akan sangat luar biasa karena tidak mengurangi kebermaknaan acara seminar ini," tuturnya. Menurutnya, pemikiran fundamentalisme itu bagaimana tingkat kesadaran nasionalisme para siswa. Kesadaran bela negara di masyarakat tetap teratur antara agama dan negara secara seimbang. "Semua agama tidak mungkin atas kesalahan dan kekurangannya," ungkap Mudi Imron. (mhd/fer)

Sumber: