Iduladha, Kisah Romantis dari Padang Arafah yang Tak Lekang oleh Waktu

Iduladha, Kisah Romantis dari Padang Arafah yang Tak Lekang oleh Waktu

Catatan: Eko Yudiono, wartawan Memorandum Setelah melakukan wukuf di Arafah, Jemaah haji dari seluruh belahan dunia yang berada di Kota Makkah merayakan Hari Raya Iduladha atau Kurban hari ini. Sedangkan di Indonesia, sama seperti perayaan Idulfitri, perayaan Hari Raya yang  bisa dibilang cukup romantis ini terbagi menjadi dua hari. Rabu (28/6/2023) dan Kamis (29/6/2023). Mengapa Hari Raya iduladha moment romantis? Tak lain adalah kisah mengenai dua manusia yang harus bertarung melawan suara hati. Antara menuruti keinginan Sang Pencipta (Allah SWT) dengan kecintaan terhadap duniawi (anak Nabi Ibrahim As,: Nabi Ismalil As). Sungguh, Nabi Ibrahim As telah menunjukkan dan mencontohkan kepada kita semua bahwa, cinta sejati adalah cinta kepada Allah. Ketika anak yang dinanti kehadirannya hampir 100 tahun hadir di dunia dan harus disembelih untuk menunjukkan kecintaan kepada Allah SWT, Nabi Ibrahim menunjukkan bahwa tidak ada hal di dunia ini yang lebih penting selain ketaqwaan kepada Sang Pencipta. Berkat keikhlasan dan ketaatan Nabi Ibrahim As, Allah menunjukan betapa Maha Besar kekuasan-NYA. Dalam Alquran Surat As-Shaffat, ayat (104 -105) dijelaskan, sebagai balasan atas ketaatan dan keikhlasan Nabi Ibrahim dan Ismail, Allah pun mengganti Ismail dengan seekor hewan sembelihan yang besar. Ini menjadi cikal bakal perayaan Hari Raya Kurban. Kejadian ini menunjukkan bahwa, sebagai seorang anak, Nabi Ismail As juga menunjukkan kecintaan yang sama kepada Sang Pencipta tidak melebihi kecintaannya kepada Sang Ayah, Nabi Ibrahim As. Maka keikhlasan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail As, adalah sebuah kisah romantis yang belum ada tandingannya di dunia hingga saat ini. Lewat keiklhasan keduanya, kita sebagai umat Islam bisa belajar bahwa, segala sesuatu di dunia ini sebenarnya adalah titipan. Jika sudah waktunya, seperti halnya sebuah titipan, pasti akan diambil atau diminta pemiliknya. Kisah Nabi Ibrahim As dan Nabi Ismail As juga menyadarkan kita sebagai manusia bahwa, tidak ada yang abadi di dunia ini. Segala sesuatu yang fana pasti akan binasa. Di Padang Arafah, sekitar 2,5 juta Jemaah haji bisa merenung dan berdoa dalam kehidupannya selama ini. Merenung hal-hal yang seharusnya dilakukan dan tidak ketika kembali dari Kota Suci Makkah dan Madinah. Merenungkan sejatinya sebagi umat manusia di dunia. Semoga semua Jemaah yang hadir di Arafah kembali ke Tanah Suci dengan jiwa yang kebih bersih. Jauh sebelum kisah Nabi Ibrahim As dan Ismail As, Arafah yang juga dikenal dengan nama “Jabal ar-Rahmah” atau Gunung Rahmah juga merupakan tempat bertemunya Nabi Adam As dan Hawa As setelah diturunkan dari Surga. Setelah dipertemukan di Arafah, keduanya tidak terpisahkan hingga akhir hayat. Di Zaman Nabi Muhammad SAW, Arafah menjadi salah satu lokasi ibadah haji untuk merenung dari hinggar-binggar dunia. Sungguh sebuah tempat yang romantis bahkan untuk Jemaah haji yang melakukan Rukun Islam yang ke-5. Semoga menjadi haji mabrur. Selamat Hari Raya Kurban, Selamat Iduladha. Kisah romantis yang menyertainya tak kan lekang oleh waktu. (*)

Sumber: