Mangkrak 9 Tahun, Pemkot Kesulitan Ramaikan Terminal Kedung Cowek
Surabaya, memorandum.co.id - Sembilan tahun beroperasi, Terminal Kedung Cowek di sisi selatan exit Jembatan Suramadu bak terminal mati. Tak terlihat antrean angkutan kota (angkot) ataupun penumpang. Padahal, untuk operasional dan perawatannya menggunakan APBD. Terminal Kedung Cowek masuk ke dalam 14 terminal yang menjadi tanggung jawab Pemkot Surabaya dengan beban biaya Rp 27,9 miliar. Bahkan, keberadaan angkot terus menyusut. Di antaranya angkot yang melayani jalur Petekan-Pegirian-Kenjeran (R1) hnya 25 armada, Ujung Baru-Bulak Banteng-Kenjeran (UBK) 23 armada, Petekan-Ngaglik-Kenjeran (JMK) 17 armada, dan jalur Tambak Wedi-Karang Menjangan-Keputih (TMW) 10 armada.Dulu angkot-angkot tersebut pernah menjadi primadona. Namun, kini eksistensinya kian terancam. Pantauan Memorandum di lokasi, Minggu (15/12), kini tidak ada angkot yang masuk ke Terminal Kedung Cowek. Penyebabnya, karena penumpang sepi. "Karena potensi penumpang tidak ada, angkot-angkot itu tidak mau masuk ke terminal,"jelas Kepala Unit Terminal Kedung Cowek Agus kepada Memorandum, Minggu (15/12). Menurut dia, terminal yang dibangun pada 2010 tersebut awalnya memang diharapkan bisa mengantisipasi perkembangan kawasan Suramadu. Mobilitas warga dari Surabaya ke Madura bisa ditampung di sana. Namun, kenyataannya para sopir angkot lebih memilih ngetem di tempat lain. "Kita dulu sudah menyuruh para angkot untuk masuk di terminal. Namun, mereka (sopir angkot, red) menolak. Alasannya juga masuk akal, bahwa di terminal tidak ada penumpang alias sepi. Jadi, buat apa para angkot ngetem di terminal,” papar dia. Soal angkutan, dia menyebut kini pihaknya fokus pada angkutan bus. Yakni, angkutan yang bisa menampung banyak penumpang. “Kami fokus dulu pada operasional bus besar, yaitu Suroboyo Bus, merupakan bus wisata dan gratis. Sementara ini, ada empat unit Suroboyo Bus yang standby di terminal. Selain ngetem, Suroboyo Bus jalur MERR ini juga melakukan ramp chek, rem, lampu, angin serta tempat pencucian Suroboyo Bus dari pukul 21.00 hingga pukul 05.00,” terang dia. Ketika ditanya Terminal Kedung Cowek beralih fungsi menjadi sentra kuliner. Agus mengaku, tidak ada perubahan terkait fungsi terminal Kedung Cowek tersebut. Dia menerangkan, memang ada 40 gerobak dari Dinas Koperasi dan UMKM Surabaya untuk tempat kuliner bagi pedagang di Terminal Kedung Cowek. “Namun, dua tahun silam tempat kuliner tersebut juga tak bisa berkembang karena sepi penumpang. Karena tak ada yang membeli, akhirnya pedagang tidak berjualan alias tutup,” ungkap dia. Sementara anggota Komisi A DPRD Kota Surabaya Imam Syafi'i menyoroti keberadaan Terminal Kedung Cowek yang sepi. Dia menyesalkan aset pemkot yang dibangun megah tapi tidak berfungsi. “Bangunannya bagus, seharusnya dari dulu pemkot ‘memaksa’ agar angkutan bisa masuk. Kenapa tidak dilakukan?" tandas dia. Untuk itu, Imam Syafi'i menandaskan, dalam waktu dekat pihaknya akan melihat langsung kondisi Terminal Kedung Cowek yang menjadi ‘rasan-rasan’ publik Surabaya tersebut."Patut disayangkan, karena dibangun mahal-mahal tapi tidak difungsikan sebagaimana mestinya," ungkap politisi Partai NasDem ini.(why/dhi)
Sumber: