Demi Anak, Istri Terjerembab ke Jurang Kemusyrikan (2)
Meski dinomorseratuskan demi menomorsatukan anak, Dirham rela-rela saja. Asal istri dan sang anak bahagia. Dirham berpendapat bahwa semua hasil jerih payahnya memang untuk istri dan anak. “Lindri anaknya lucu dan menggemaskan. Matanya blolak-blolok kayak damar kanginan. Tawanya renyah kayak kerupuk kepidak kucing. Baunya wangi kayak bunga-bunga di taman surga. Pokoknya anulah,” kata Dirham menggambarkan kecintaannya kepada Lindri. Dia mengibaratkan Lindri sebagai potongan surga yang diturunkan Tuhan ke dunia. Indah tiada tara. Intinya, kata Dirham, gaji dia sebagai kepala keamanan di perusahaan alat-alat rumah tangga di Gresik direlakan ludes untuk kebutuhan Lindri. Dia dan Laksmi hanya menikmati sisa-sisanya. Dicukup-cukupkan. Makanya, ketika Lindri tiba-tiba menggigil kedinginan pada suatu malam, mereka panik. Dokter di sebelah rumah menyarankan Lindri segera dibawa ke rumah sakit. Beruntung dokter di rumah sakit dengan sigap menangani Lindri, yang ternyata terserang virus demam berdarah. “Kami panik bukan main,” kata Dirham, yang menjelaskan bahwa waktu itu Lindri sudah berusia 11 bulan. Hampir setahun. Dia sudah bisa tratanan dan berjalan glinuk-blinuk. “Pipinya yang tembem seperti mau tumpah ketika berjalan agak cepat. Setiap pagi dia menyapa kami dengan sebutan mama… papa…,” kata Dirham sambil mengusap air yang tiba-tiba meleleh di pipinya. Sapaan… mama… papa… yang diteriakkan Lindri pada pagi hari pas ulang tahun pertama dia adalah sapaan yang terakhir. Sebab, setelah itu tubuh Lindri disambar ojek yang ngebut di jalan depan rumah. Kepergian Lindri yang mendadak menyisakan duka yang amat dalam, terutama pada Laksmi. Hampir tiga bulan dia tidak mampu menghapus kenangan tentang Lindri. Setiap sudut rumah selalu memunculkan bayangan anak lincah tersebut. Pernah, misalnya, Laksmi berteriak histeris memanggil nama Lindri saat dilihatnya kucing angora milik tetangga masuk ruang tamu. Selama hidupnya Lindri memang suka bermain dan bercengkerama dengan kucing putih mulus itu. Lindri juga selalu berbagi apa pun dengan kucing tersebut. Setiap dioleh-olehi martabak oleh ayahnya, kucing tadi mesti kebagian. Andai Dirham pulang kerja terlalu malam di atas pukul 21.00, Laksmi dipesani agar menyimpankan martabak dari sang ayah untuk dibagikan ke si angora esok paginya. Laksmi baru mulai bisa sedikit-sedikit melupakan Lindri setelah Dirham berjanji bakal mencarikan pengganti Lindri. Dengan cara apa pun. Namun celakanya, hingga berjalan hampir setahun, janji yang diucapkan Dirham tak juga terjuwudkan. (jos, bersambung)
Sumber: