Hidup Sendiri Bersama Anak-Anak Pasca Disakiti Lelaki (2)

Hidup Sendiri Bersama Anak-Anak Pasca Disakiti Lelaki (2)

Darmi mengaku pernah dipaksa melakukan sesuatu yang sama sekali tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Darmi tidak mampu menolak, karena penolakan sama artinya dengan mengundang datangnya KdRT. Pada suatu malam Darmi dipaksa suami keluar rumah. Saat itu dia sudah siap-siap tidur karena sangat ngantuk. Terpaksa kantuk itu diusir jauh-jauh, Dia dibonceng motor ke arah tengah kota, menuju sebuah hotel di kawasan Jalan Diponegoro. “Kamu jangan membantah. Layani pria di kamar. Setelah itu tuntas, urusan mencongkel brankas akan dianggap selesai. Kerjakan saja bagianmu,” pesan Parto kepada Darmi saat mereka memarkir motor di lantai basement hotel. Darmi hendak menolak perintah Parto, tapi rambutnya dijambak keras dan badannya ditelikung dari belakang. Darmi sempat tidak bisa menarik napas. Lantas tersengal. Di depan kamar hotel, Parto mengetuk. Beberapa saat kemudian daun pintu terbuka. Hanya sedikit. “Masuk,” kata seorang lelaki dari balik pintu. Wajahnya tidak terlihat penuh. Tapi dari suaranya, Darmi bisa menebak siapa lelaki itu. Juragan lelaki Parto! Darmi tidak berani mengangkat wajah. Dia berusaha menahan emosi agar tidak meledak. Antara marah kepada suami, marah kepada diri sendiri, dan marah kepada lelaki di balik pintu yang sedang dikuasai nafsu. “Tinggalkan kami. Jemput istrimu besok pagi,” perintah lelaki tadi kepada Parto. Tapi begitu Parto menghilang, Darmi perlahan mulai mengangkat wajah. Pelan tapi pasti. Tegar. “Kamu bisa saja menguasai tubuh ini. Tapi, jangan harap kamu bisa mengusai jiwa di dalamnya. Silakan!” Pria tadi, yang ternyata benar bos lalaki Parto, rupanya seketika ilfil. Ilang filing. Semangat untuk memanjakan nafsunya seperti mendadak menguap begitu saja. Walau begitu, dia berusaha tenang. “Boleh saja kau menolak. Tapi ingat, suamimu bakal tak-jebloskan ke penjara,” ancam lelaki tadi, sebut saja Gofar. “Silakan. Memang penjara sangat pantas untuk lelaki semacam dia,” kata Darmi. Entah dapat kekuatan dari mana dia bisa mengeluarkan kalimat seperti itu. Kemudian perlahan dia membalikkan tubuh dan berjalan meninggalkan kamar hotel. Darmi tidak pulang kembali ke rumah, melainkan memanggil taksi. Dia menuju rumah orang tuanya di kawasan Karangpilang. “Keesokan harinya aku minta tolong saudara untuk mengambil anak-anak di rumah,” kata Darmi. Saudara Darmi sempat bertemu Parto dan sempat mengatakan bahwa Darmi sangat marah. Sekarang Darmi sedang bersiap melaporkan Parto ke polisi. Mendengar kata polisi, Parto kaget. Wajahnya berubah pasi. Kemudian, tanpa banyak bicara dia keluar rumah dan plasss… menghilang. Sampai kini. Tanpa kabar. “Aku memang sempat berencana melapor ke polisi,” kata Darmi. (jos, bersambung)  

Sumber: