Pria Bojonegoro Ukir Prestasi di Korea, Jadi Ketua Angkatan Mahasiswa dari 4 Benua

Pria Bojonegoro Ukir Prestasi di Korea, Jadi Ketua Angkatan Mahasiswa dari 4 Benua

Bojonegoro, memorandum.co.id - Slamet Supriadi (39) mengukir prestasi di Yeungnam University, Korea Selatan. Pria asal Bojonegoro itu kini ditunjuk sebagai Ketua Angkatan Sustainable Development, Forest and Environment Policy di Fakultas Park Chung Hee School of Policy and Saemaul (PSPS) tahun 2022-2023. Prestasi itu terbilang gemilang, karena ia kini menjadi orang nomor satu di fakultas PSPS yang diisi para mahasiswa dari 4 benua berbeda, yakni Asia, Amerika Latin, Amerika Utara dan Afrika dalam forum internasional. "Tiga forum internasional itu, yaitu XV World Forest Congress di Seoul Korea, Saemaul Internasional Forum 2022 di Seoul Korea dan Global Forum 75th Yeungnam University di Kampus Yeungnam University Gyeongsan Korea Selatan," ujar Slamet. Diceritakan Slamet, bahwa prestasinya itu tak luput dari dirinya yang telah mengikuti event Saemaul Action Plan. Dalam event itu, Slamet mengambil tema pembuatan plastik biodegradable dari kulit singkong yang dikombinasikan dengan teknologi nano. "Nah proyek saya terpilih dan diadopsi dalam program Official Development Assistance NH Bank yang akan diterapkan dalam pembangunan ekonomi di Asia Tenggara," ucapnya. Masih disampaikan dia, bahwa kelebihan plastik biodegradable dibandingkan plastik konvensional sendiri, yakni tidak mudah merusak laut dan menurunkan kesuburan tanah. Plastik biodegradable saat berada di laut bisa menjadi makanan ikan dan plankton, lalu di darat dapat menyuburkan tanah dan bahkan bisa dimakan hewan ternak karena terbuat dari pati kulit singkong. "Latar belakang saya mengambil materi proyek event itu sendiri, karena memiliki ikatan kimia yang panjang dan kompleks, dibutuhkan puluhan hingga ratusan tahun untuk mengurai plastik di alam, " ujarnya. "World Economic forum memprediksi, jika tidak ada perubahan mendasar dalan konsumsi dan produksi plastik, tahun 2050, akan lebih banyak plastik di laut dari pada ikan," tambahnya. "Selain merusak terumbu karang, plastik juga membunuh zooplankton dan fitoplankton," terusnya. "Ini membahayakan kehidupan manusia, karena 60 persen oksigen di bumi diproduksi di laut. Setiap manusia bernafas 5 kali, oksigen 3 kali tarikan nafas, diproduksi oleh plankton," jelas pria yang mendapatkan tugas belajar dari Kementerian Lingkungan hidup dan Kehidupan RI sejak 1 Maret 2022 hingga 31 Agustus 2023 itu. (top)

Sumber: