Tekad Lelaki Menikahi Perempuan Janda 5 Kali (1)

Tekad Lelaki Menikahi Perempuan Janda 5 Kali (1)

Namanya Sugeng (samaran). Istrinya Yuyun (juga samaran). Pasutri yang tinggal di Sawahan ini berseteru hingga berujung pada sidang perceraian di Pengadilan Agama Surabaya. Menurut Sugeng, akhir-akhr ini istrinya berubah menjadi cerewet. Bukan cerewet biasa, tapi sangat cerewet. Semua hal yang dilakukan Sugeng sama sekali tidak ada benarnya. Semua serba salah. “Jujur saja, di usia yang semakin tua ini aku jadi sering melamun. Jadi penyendiri,” aku Sugeng di sela menunggu waktu sidang di warung kopi sebelah selatan gedung pengadilan Agama, beberapa waktu lalu. Di tengah kondisi itulah lelaki yang biasanya tidak pernah memperhatikan hal-hal di sekitarnya berubah suka mengamati segala hal. Termasuk memperhatikan bahwa tetangganya yang baru ditinggal mati suaminya itu ternyata boleh juga. Namanya sebut saja Endang. Usianya sekitar 40-an. Secara fisik diakui menarik. Juga, kepribadiannya. Parasnya mirip host di televisi swasta yang suaranya cemreng. Menut Sugeng, entah benar atau tidak, masyarakat di sekitarnya memiliki penilaian buruk terhadap Endang. Dia terkenal sebagai pelakor, perebut laki orang; wanita matre; pengusaha rent-tub (persewaan tubuh); dll dsb dst sebutan negatif. Ketika Memorandum mengingatkan masalahnya dengan istri, Sugeng mengatakan ia sudah bosan terhadap istrinya. Cerewetnya sudah di atas batas wajar. Jauh berbeda dengan Yuyun yang dulu/ Diakui Sugeng, dia dan istrinya sebenarnya pernah punya seorang anak. Namun ketika menginjak usia enam tahun, anak itu meninggal dunia karena DB. Tindakan kurang cepat yang diambil Yuyun—karena waktu itu Sugeng sedang berada di luar kota—diduga menjadi penyebab kematian sang anak. Sejak itulah pria yang berprofesi jual-beli tanah ini seperti kehilangan semangat hidup. Apalagi, dokter juga memvonis Yuyun sulit hamil lagi karena ada tumor di rahimnya. “Sudah tahu kondisinya begitu, cerewetnya minta ampun. Minta apa-apa sakdet-saknyet. Harus selalu dituruti dan segera. Yang menjengkelkan, apa pun yang saya lakukan selalu salah di mata dia. Lama-lama bosan di rumah,” katanya. Sugeng lalu melampiaskan kejengkelannya dengan nyangkruk di warung-warung sepulang kerja. Berpindah-pindah dari satu warung ke warung yang lain. Nanti kalau sudah ngantuk baru pulang, ngorok senggar-senggor sampai pagi. Sugeng mengaku sering bertemu Endang di toko pracangan depan warkop. Suat saat dia mencari rokok karena yang di warkop habis. Sedangkan Endang membeli beras. Uangnya kurang Rp 2.500. Endang hendak pamit pulang ambil duit tapi dicegah Sugeng. “Kalau hanya kurang Rp 2.500, biar saya yang bayar,” kata Sugeng memberanikan diri nyolot pembicaraan Endang dan pemilik toko. “Bener tah ditraktir? Kalau bener, sekalian tak beli gula pasir, minyak goreng, dan lain-lain,” goda Endang. Ternyata Sugeng menanggapi serius, “Lho, monggo-monggo. Mumpung baru gajian.” “Temen tah?” (jos, bersambung)  

Sumber: