Kisah Cinta Seorang Resepsionis Rumah Karaoke (2)

Kisah Cinta Seorang Resepsionis Rumah Karaoke (2)

Walau kekasihnya dipenjara, Windy mengaku masih sangat mencintai Bambang dan berencana menikahnya setelah bebas. Berapa lamakah Bambang mendekam di penjara? Setelah menjalani proses hukum yang melelahkan dan membutuhkan amat banyak biaya, Bambang akhirnya harus menghabiskan waktunya di balik tembok penjara. Tiga tahun lebih dia menghabiskan waktunya di sana. Tapi bukannya menjadi pribadi yang lebih baik, Bambang justru berubah negatif. Dia yang dulu penyantun kini menjadi orang yang kurang tata krama. Bambang yang dulu terpaksa mau dititipi narkoba oleh bos-bos di tempat kerjanya kini justru jadi pemasok tempat-tempat hiburan. Tapi, itu semua terlambat disadari Windy. Semula dia mengira Bambang hanya bekerja di bengkel—dia menyebut bengkel resmi motor merek terkenal—sebagaimana pengakuan pemuda tersebut. Bambang pernah bercerita bahwa selama di LP (lembaga pemasarakatan), dia dkk dibekali keterampilan servis motor. “Pengakuan dia begitu. Bengkelnya di kawasan Karangpilang,” kata Windy. Cuma, yang membuatnya lambat laun mulai curiga, Bambang mampu mengumpulkan uang banyak dalam waktu relatif singkat. Tapi karena saling ngotot dianggap Windy tak bakal menghasilkan apa-apa, Windy memutuskan memercayai saja pengakuan Bambang. Rencana perkawinan mereka yang tertunda sangat lama akhirnya dimatangkan kembali. Kedua keluarga berkumpul membicarakannya. Diakui Windy keluarganya sempat hendak membatalkan rencana ini. Status Bambang yang pernah dipenjara menjadi pertimbangan orang tua. Toh begitu, Windy tak pernah bosan meminta restu mereka. “Akhirnya mereka mau merestui, tapi dengan catatan kalau ada apa-apa tidak mau ikut bertanggung jawab.” Setelah semua rencana selesai dibahas, pelaksanaan pun dalam proses. Undangan disebar, DP dekor dan konsumsi dibayar, serta mata acara dirancang bersama MC. Hari H tinggal sehari. Saat itulah kabar mengejutkan datang. Bambang kembali ditangkap polisi di kawasan Surabaya Utara. Barang buktinya 60 gram sabu dan puluhan ekstasi. Kekhawatiran Windy dan keyakinan orang tuanya akhirnya terbukti. Di tengah pekerjaan sebagai karyawan bengkel, ternyata Bambang menjadi pemasok sabu dan ekstasi untuk tempat-tempat hiburan. Dia menguasai kawasan Surabaya Utara dan Surabaya Barat. Sabu dan ekstasi itu didapatkan Bambang dari lapas di Sidoarjo dan dikendalikan dari sana. Sejak itulah Windy berputus asa. Dia selalu mengurung diri dari lelaki. Apalagi, lelaki dari dunia malam. “Setelah itu saya bersumpah bakal menyendiri sampai tua,” kata Windy. Tapi, rencana manusia terbatas pada rencana. Suatu hari Windy kedatangan tamu dari komunitas keamanan atau sekuriti. Mereka mencari hiburan setelah seminggu mengikuti pelatihan di Trawas, Mojokerto. (jos, bersambung)  

Sumber: