Cinta Buta Menyatukan Wiwied dengan Lelaki Ambyar (3)

Cinta Buta Menyatukan Wiwied dengan Lelaki Ambyar (3)

Kalau kangen kepada anak-anaknya Wiwied tidak bisa serta merta mengobati hatinya. Dia harus mencari waktu luang. Masalahnya, anak-anak sudah tidak ada yang mau menginjakkan kaki di rumah. Andai terpaksa harus bertemu ibunya, anak-anak lebih suka datang ke rumah neneknya yang sudah pindah ke kawasan Kletek, Sidoarjo. Lebih baik menunggu di sana daripada harus bertemu ayah. “Kejadian menyesakkan pernah kuhadapi saat anak kedua juga diembat ayanya. Dia dapat telepon yang mengabarkan saya sakit. Bergegas dia pulang tanpa menunggu adiknya yang masih ada pelajaran,” kata Wiwied. Anaknya tadi, sebut saja Mimin, njujug ke rumah neneknya, tapi rumah dalam kondisi kosong. Mimin mengira kakek dan neneknya nyambangi ibunya. Bergegas Mimin pulang ke rumah. Tapi, apa yang terjadi? Rumah tertutup rapat. Diketuk beberapa kali, tidak ada jawaban. Mimin mencoba masuk lewat pintu belakang, lewat pintu samping yang tidak terkunci. Sampai di teras belakang, tiba-tiba ada yang membekap. Kuat dan kasar. Sampai Mimin terasa lemas. Antara sadar dan tidak, dia merasakan orang yang membekap tadi menggendongnya masuk kamar. Mimin mencoba memberontak, tapi tidak punya tenaga. Tubuhnya lemas. Pembekapkapnya lantas melepas satu per satu pakaiannya. Sampai tidak ada yang tersisa. Mimin hanya bisa menangis ketika orang tersebut menindihnya. Dada Wiwied terbakar ketika Mimin menyusul kakaknya menjadi korban kebejatan Miskan. Kini tiada maaf lagi. Penyuka lagu-lagu Tulus ini bertekad bakal melaporkan suaminya ke polisi. Juga, mengajukan gugatan cerai ke pengadilan agama. Para kerabat yang semula tidak peduli terhadap Wiwied akhirnya luluh mengetahui nasib yang dialami anak-anaknya. Mereka bersatu, sepakat hendak membawa Miskan ke meja hukum. “Keluarga sudah sepakat bakal melaporkan Mas Miskan ke polisi. Saya mengajukan gugatan cerai. Biar sama-sama cepat selesai,” kata Wiwied, yang menjelaskan bahwa anak ketiganya pun pernah nyaris jadi korban ayahnya juga. Malam itu jam dinding di ruang tamu baru berdentang 12 kali. Wiwied yang kancilen sepulang dari takziah di rumah tetangga belum bisa tidur. Matanya terpejam, tapi kesadarannya masih belum berkurang sama sekali. Saat itulah dia mendengar kunci pintu ruang tamu berbunyi. Klek… klek. Wiwied yakin yang datang adalah suaminya. Waktu itu sudah beberapa hari Miskan tidak pulang. Janjinya pulang malam itu. Ngakunya ada pekerjaan bersama teman-teman. Ditunggu beberapa menit, ternyata Miskan tidak muncul-muncul. Wiwied gelisah. Dia lantas melangkah keluar kamar menuju ruang tamu. Namun, baru beberapa langkah dari pintu kamar, dia mendengar suara mencurigakan. Wiwied spontan berlari ke asal suara. Kamar anak-anaknya. Di situlah Wiwied melihat Miskan sedang memaksa anak ketiganya membuka pakaian. Terjadi tarik-menarik tidak seimbang. (jos, bersambung)  

Sumber: