Memprihatinkan, 180 Siswa SD Belajar di Tenda Darurat Selama 3 Bulan 

Memprihatinkan, 180 Siswa SD Belajar di Tenda Darurat Selama 3 Bulan 

Para siswa antusias mengikuti pelajaran meski di tenda darurat. Jember, memorandum.co.id - Tiga bulan lebih pasca ambruknya empat ruang kelas SDN Gelang 07, Kecamatan Sumberbaru, Jember, para siswa terpaksa mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) di bawah tenda darurat. Kepala SDN Gelang 07 Edi Budiyanto menjelaskan, sejak ambruknya empat ruang kelas pada 8 Oktober 2022, tidak menyurutkan semangat siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM). Empat ruangan rata dengan tanah, sementara dua ruangan lainnya memprihatinkan. Sehingga, keenam kelas semuanya belajar menempati tenda darurat. Tiap tenda yang berukuran 6 meter X 12 meter itu diisi oleh siswa dari dua kelas berbeda. "Tenda satu untuk kelas 1 dan 2, tenda yang satunya lagi untuk siswa kelas 3 dan 4. Sedangkan tenda tiga untuk kelas 5 dan enam," kata Edi Budiyanto. Strategi belajarnya di tenda tersebut, kata Edi, jika guru kelas satu menerangkan pelajaran, maka siswa kelas dua biasanya mengerjakan tugas. "Kalau dua-duanya menerangkan pelajaran kan bingung siswanya. Sehingga, harus saling mengerti juga gurunya," katanya. "Dan murid kami juga tidak berkurang, malah bertambah murid kami. Kemarin ada pindahan anak lima yang datang ke sekolah ini," paparnya. Tidak berkurangnya jumlah murid tersebut, kata Edi, disebabkan SDN Gelang 07 satu-satunya sekolah yang berada di Dusun Lanasan, Desa Gelang. "Sekolah kami itu jauh dari segala-galanya, karena sekolah SDN Gelang 07 ini berada di tengah-tengah kebun dan di atas gunung. Jadi kanan kirinya itu jurang," beber Edi. Disisi lain, Edi mengungkapkan akses sekolah dengan kantor Kecamatan Sumberbaru, Jember, lumayan jauh. Selain itu medan jalannya banyak yang masih bebatuan. "Jadi membuat anak-anak itu tetap sekolah di sini, mau tidak mau harus tetap sekolah di sini. Dan sampai sekarang tidak ada yang pindah sekolah,"urainya. Edi mengakui cuaca sering hujan saat proses belajar mengajar. Sehingga ketika siswa mengerjakan tugas, dibawah tenda itu becek semua. "Karena halaman becek, jadi siswa kadang kakinya naik ke meja, saat gurunya menerangkan. Jadi gimana lagi, gurunya juga harus mengerti," jelasnya. Edi mengatakan bahwa jumlah siswa kelas 1 hingga kelas 6 totalnya ada 180 anak. Sementara gurunya ada 10 orang."Dan semua gurunya adalah orang sini semua," pungkasnya. Sementara Silviatul Zahro, siswa SDN Gelang 07 mengaku, bawa badannya selalu merasa gerah saat belajar di tenda tersebut, akibat sinar matahari yang langsung mengarah ke tenda. "Kalau di tenda kan kepanasan, sebelumnya kalau belajar dikelas kan tidak panas. Soalnya ruangan nya tinggi ada sirkulasi udara. Sekarang kurang nyaman dan panas," ujarnya. Selain itu, siswi kelas 6 SD tersebut juga mengungkapkan kalau waktu hujan deras, tenda darurat tersebut kadang bocor. Sehingga membuat terganggu belajarnya tidak nyaman. Namun, siswi yang akrab disapa Silvi ini mengaku terpaksa harus tetap belajar di tenda darurat. Karena SDN 07 Gelang satu-satunya sekolah yang ada di kaki Gunung Gambir. "Karena tidak ada kelas lagi, mau tidak mau harus tetap belajar meskipun di tenda. Dan di sini tidak ada sekolah lagi. Ada sih  SDN Gelang 05 tapi jauh harus lewat jalan yang curam," tutup nya. Di tempat yang terpisah, Suripno ketua komite SDN Gelang 07  berharap Pemerintah Kabupaten Jember melalui Dinas Pendidikan bisa segera membangun gedung sekolah yang rata dengan tanah. "Sudah tiga bulan lebih anak-anak kami belajar di bawah tenda darurat yang sangat kurang layak dan kurang nyaman, karena panas. Apalagi satu tenda dibuat dua kelas yang berbeda. Kami berharap pemerintah lekas memulai pembangunan gedung sekolah baru, "harapnya Sementara Kepala Bidang Sekolah Dasar Edang Sulistyowati melalui telepon selulernya saat dikonfirmasi oleh wartawan memorandum.co.id mengatakan, pembangunan gedung SDN Gelang 07 Sumberbaru masuk prioritas utama tahun anggaran 2023. "InsyaAllah pembangunan akan dimulai di tahun anggaran 2023. Semoga di bulan April sudah bisa digarap untuk enam ruangan, " terang mantan pengawas Kecamatan Sumbersari. (edy)

Sumber: