Cinta Kasih Suci Sahabat yang Sempat Diwariskan (1)

Cinta Kasih Suci Sahabat yang Sempat Diwariskan (1)

Sabtu pagi 2022, pas Maulid Nabi, Memorandum dijemput sahabat semasa SD, sebut saja Hayong. Dia tidak sendiri, melainkan ditemani anak lelakinya, sebut saja Udin. “Takziah,” itulah jawaban Hayong yang disampaikan kepada Memorandum ketika ditanya hendak ke mana. “Maaf, Pakde (sebutan Udin kepada Memorandum, red) saya ajak karena Pakde pasti bersedia. Lagian ini akan menarik,” tambah Udin ketika kami sudah naik Ertiga-nya untuk menuju rumah duka. Menurut Udin, yang meninggal adalah sahabat plek-nya sejak duduk di bangku SMP. Namanya sebut saja Untung. Ia baru saja menikah. Tidak lebih dari setengah tahun lalu. Istrinya adik kelas Udin dan Untung saat SMP juga. Namanya Muniah (samaran). Mereka bertiga bersahabat. Ke mana-mana selalu bersama; bahkan sampai lulus SMP dan SMA. Setelah itu baru berpisah. Untung diterima kuliah di Solo, Udin di Surabaya, dan Muniah masih tinggal di Mojokerto. Setahun kemudian baru Muniah menyusul  Untung ke Solo. Di Solo itulah status hubungan Untung dan Muniah meningkat. Mereka jadian. Pacaran. “Kami masih sering berhubungan. Baik lewat dunia maya maupun dunia nyata,” kata Udin. Menurut Udin, mereka saling berkunjung. Kadang Untung dan Muniah yang main ke Surabaya, atau sebaliknya Udin yang dolan ke Solo. Kalau tidak, mereka janjian pulang kampung ke Mojokerto dan janjian ketemuan di sana. Pada 2015 Untung lulus, dan tidak lama kemudian diterima kerja di perusahaan swasta besar Sidoarjo. Hidupnya berkecukupan. Bahkan di atas standar rata-rata pemuda sebayanya. Udin agak telat. Mundur setahun. Dia lulus bersamaan dengan Muniah. Sekarang Udin bekerja sebagai pendidik di yayasan keagamaan yang konsisten pada dunia pembentukan karakter generasi muda. “Muniah sempat bekerja, namun hanya sebentar. Sejak menikah dengan Untung, dia berkomitmen jadi ibu rumah tangga sejati. Dia ingin mendidik anak-anaknya lebih baik,” kata Udin. Untung dan Muniah menikah pada Zulhijah tahun ini. Tidak dimeriahkan secara besar-besaran, karena keluarga Untung dan Muniah bukan tipe orang-orang yang suka hura-hura. Mereka sangat sederhana. Pernikahan mereka digelar di rumah kecil orang tua Muniah di Pulo, Mojokerto. Pasangan ini lantas pindah ke Sidoarjo untuk mendekati tempat kerja Untung. “Untung orangnya hemat. Dua tahun setelah bekerja, dia sudah dapat membayar uang muka rumah di kawasan Sidokare,” jelas Udin, yang tiba-tiba wajahnya berubah tampak murung. “Din, onok opo?” tanya ayahnya, yang kaget melihat perubahan wajah sang anak. “Hanya sedih. Kita membicarakan keberhasilan orang yang kini faktanya sudah tidak ada di antara kita. Sudah mendahului kita,” tutur Udin. Matanya tampak merah menahan keluarnya air mata. (jos, bersambung)  

Sumber: