Suami Dipindah Tugas ke Kota Kecil Pantai Selatan (4-habis)

Suami Dipindah Tugas ke Kota Kecil Pantai Selatan (4-habis)

Untuk mengembalikan kemesraan dan keharmonisan kakak dan iparnya tersebut, suatu saat Lindri berinisiatif mengajak Meyti memberi surprise kepada Indra saat lelaki itu pulang ke Surabaya. Semua sudah dipersiapkan Lindri untuk memberi surprise Indra. Namun tiga hari menjelang hari H, tiba-tiba Indra minta izin tidak pulang karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan secepatnya. Meyti kecewa. Ia merasa sia-sia mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut kepualangan Indra pada hari jadi perkawinan mereka. Namun, ternyata hal itu sudah diantisipasi oleh Lindri. Dengan senyum manisnya perempuan ini menawarkan alternatif lain. Ramai-ramai bersama anak semata wayang Indra vs Meyti, sebut saja Lala, mereka diam-diam akan nyambangi Indra di Pacitan. “Sekalian rekreasi. Pacitan kan terkenal dengan destinasi-destinasi wisatanya yang apik,” kata Lindri. Meyti menyambut baik gagasan adiknya. Apalagi Lala. Mendengar kata piknik, rekreasi, wajahnya langsung berbinar. “Saya akan mampir ke rumah masa kecil Pak SBY. Boleh?” kata Lala, antuasias, seperti ditirukan Lindri. Lindri dan Meyti merespons kegembiraan Lala dengan senyum dan anggukan serempak. Maka, sehari menjelang hari H, rombongan Lindri, Meyti, dan Lala bersiap melakukan perjalanan panjang Surabaya-Pacitan. Mereka dijemput travel. Sepanjang perjalanan Lala mengekspresikan kegembiraan berjumpa sang ayah dan rencana mengunjungi tempat-tempat wisata di kota pesisir Laut Selatan tersebut. Sampai lelah. Sampai ketiganya dan para penumpang lain tertidur pulas. Bangun-bangun hari sudah pagi. Matahari baru saja menguap dari tempat terbitnya di ufuk timur. Mereka tidak njujug di alamat Indra seperti yang pernah dicatat Meyti. Meyti bermaksud bersih-bersih diri sebelum menemui Indra. Memberinya surprise yang sempurna. “Kami minta sopir travel mengantar kami ke hotel atau penginapan dekat alamat tempat tinggal Mas Indra. Untuk sekadar mandi dan sarapan. Agar saat bertemu Mas Indra sudah terlihat segar,” kata Lindri. Tepat pukul 05.30 mereka berangkat dari penginapan. Meyti berharap Indra masih di rumah. Sebab, selama bersama Meyti, Indra selalu bangun pukul 03.00-04.00, salat Subuh, kemudian olahraga kecil di halaman rumah. Sekitar pukul 05.45 Meyti dan rombongannya sampai di depan alamat rumah seperti tertulis di catatan Meyti. Rumahya kecil tapi asri. Lampu teras masih menyala. Sampai pukul 06.00 belum tampak ada aktivitas di rumah tersebut. Meyti berusaha menelepon Indra, tapi tidak ada respons. WA-nya juga tidak dibalas. “Maaf, cari siapa ya?” tiba-tiba terdengar suara lelaki tua dari rumah sebelah. “Maaf mengganggu. Kami cari Pak Indra.” “Pak Indra bangunnya selalu agak siangan, Bu. Biasanya jam tujuhan…” Belum selesai orang itu bicara, pintu rumah yang dituju Meyti terbuka. Tampak Indra merangkul seorang perempuan dengan masih berpiyama. Perempuannya bahkan hanya menggunakan lingerie nerawang. Tanpa ba-bi-bu Meyti mengajak Lindri balik badan dan menyeret paksa Lala kembali ke penginapan. “Begitulah. Akhirnya Mbak Meyti menggugat cerai Mas Indra. Ini nanti proses mediasi,” kata Lindri. (jos, habis)    

Sumber: