Riak Rumah Tangga Wartawan yang Ngeri-Ngeri Sedap (8-habis)

Riak Rumah Tangga Wartawan yang Ngeri-Ngeri Sedap (8-habis)

Susi menegasakan apakah Memorandum masih ingat Lia? Untung saja pertanyaan itu disampaikan via sambungan telepon. Bila bertatap muka langsung, Susi pasti melihat wajah Memorandum yang pucat pasi. “Ya. Masih ingat. Kenapa?” “Apakah Mas Yuli tahu keadaan terakhir Lia?” “Tidak. Ada apa dengan Lia?” Memorandum mencoba menyembunyikan fakta yang sebenarnya. Bahwa Lia sekarang menjadi terapis pijat plus-plus. Bahwa Lia sekarang sedang menjadi perempuan simpanan Aguk, suami Susi. Bahwa dll, dst, dsb… “Lia sekarang sudah menjanda, Mas. Suaminya sudah meninggal.” “Kenapa Dik Susi menceritakan semua ini kepada Mas Jos?” “Maaf, Mas. Ini ada hubungannya dengan Mas Aguk, yang sampai sekarang belum pulang.” “Maksud Dik Susi?” Detak jantung Memorandum makin kencang. Mungkin setara dengan gempa berkekuatan 6,8 magnitudo. Kekhawatiran bahwa Susi mengetahui kenyataan yang terjadi antara suaminya vs Lia semakin kuat. Benarkah? Susi mengaku tidak mengerti mengapa Aguk tiba-tiba menghilang dari rumah. Tidak berpamitan secara langsung, melainkan baru pamit setelah meninggalkan rumah. “Malam itu aku berbicara serius dengan Mas Aguk. Soal Lia. Tiba-tiba Mas Aguk mengeluh kepalanya pusing dan pamit istirahat,” tutur Susi. Sampai keesokan harinya Aguk tidak menampakkan batang hidungnya. “Ketika bangun, aku melihat Mas Aguk masih terlelap tidur. Aku tidak mau mengganggunya. Mungkin beliau kurang enak badan. Makanya aku berangkat belanja ke pasar. Sesampai di rumah, ternyata Mas Aguk sudah tidak ada,” tambah Susi. Perempuan cantik berbadan seksi ini lantas menelepon sang suami. Saat itulah Aguk mengaku sedang dalam perjalanan ke Surabaya. Katanya ada rakor. Padahal, kenyataannya, saat itu Aguk sedang menuju rumah Memorandum. “Itulah telepon terakhir kami. Sejak itu Mas Aguk tidak bisa dihubungi.” “Lantas, apa hubungannya dengan Lia?” tanya Memorandum menegaskan. “Malam itu aku bermaksud menawarkan solusi agar kami bisa menggendong anak lagi. Aku ingin menawari Mas Aguk untuk menikahi Lia.” Kata Susi. Memorandum kaget. Tidak menyangka kalimat ini bakal diucapkan Susi. “Aguk? Dik Susi minta menikahi Lia? Apa aku tidak salah dengar? Bukankah Lia keponakan Dik Susi, jadi masih terikat tali mahrom dengan Aguk?” Susi terdengar menghela napas panjang. Lalu terdengar pula tawa kecilnya. “Lia sebenarnya bukan anak kandung Pakde. Lia adalah anak angkat yang diasuh sejak bayi. Jadi dia orang lain bagi kami. Bagi Mas Aguk.” “Artinya?” desak Memorandum. “Mas Aguk tidak haram menikahi Lia. Kasihan, sekarang Lia hidup berdua hanya dengan berdua dengan mantan ibu mertuanya di Medan. Mereka membuka rumah makan.” “Dik Susi tidak keberatan Aguk menikahi Lia?” “Mengapa? Asalkan aku tidak ditinggalkan.” Tidak terasa HP Memorandum lepas. Memorandum bergegas menuju kamar Aguk, membangunkan dia dan menyuruh bergegas pulang. (jos, habis)    

Sumber: