Disnak Jamin Telur Ayam Aman dari Dioxin
Surabaya, memorandum.co.id - Santernya isu telur ayam mengandung dioxin yang beredar di masyarakat, ditanggapi serius Pemprov Jatim. Bahkan, pemprov menjamin kualitas dan mutu produk unggas yang beredar di Jatim. Untuk itu, masyarakat diharap tidak perlu khawatir jika ingin mengonsumsi telur ayam . Kepala Disnak Jatim Wemmi Niamawati mengatakan, banyak upaya yang dilakukan Disnak Jatim di antaranya sertifikasi kompartemen bebas penyakit flu burung di seluruh breeding farm yang memproduksi bibit untuk ayam petelur dan pedagang final stok (komersial). Selanjutnya, Disnak juga melakukan uji yang dilanjutkan sertifikasi bebas penyakit pullorum untuk induk ayam yang menghasilkan bibit DOC (ayam umur sehari) yang akan diedarkan ke masyarakat. Untuk pengambilan dan pengujian sampel telur dan daging unggas dilakukan laboratorium kesehatan secara periodik. Kemudian, disnak menerapkan bio security tiga zona untuk mendukung good farming practices, sehingga telur dan daging unggas terbebas dari penyakit berbahaya. “Surveillance penyakit hewan oleh petugas participatory disease surveillance dan respons (PDSR) untuk ayam kampung, dan petugas pelayanan unggas komersial (PVUK) untuk peternakan unggas komersial,” ujar dia, Kamis (21/11). Wemmi menjelaskan, populasi unggas yang menghasilkan telur di Jatim pada 2019 ada 97,4 juta ekor yang berkontribusi pada 28 persen terhadap populasi unggas nasional. Rinciannya, ayam buras (kampung) 20,1 juta ekor, ayam ras petelur (layer) ada 49,5 juta ekor, itik 5,8 juta ekor, enthok 1,5 juta ekor, dan burung puyuh 3,8 juta ekor. Metode pemeliharaan ayam ras petelur dan buruh puyuh itu 100 persen dikandangkan secara intensif. Sedangkan ayam buras, itik, dan enthok, untuk penghasil telur 80 persen dikandangkan dan 20 persen masih umbaran. “Jadi memang unggas yang menghasilkan telur konsumsi dengan pemeliharaan diumbar hanya 7,5 persen, sedangkan 92,5 persen telah menerapkan good farming practices dan telah menggunakan pakan yang memiliki nomor pendaftaran pakan,” jelas dia. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim Kohar Hari Santoso mengatakan, masyarakat Jatim harus profesional dan jangan berasumsi bahwa semua telur mengandung zat berbahaya (dioxin). “Memang di daerah- daerah tercemar boleh jadi telurnya mengandung zat tercemar tersebut. Jika masyarakat takut makan telur, ini sudah tidak benar,”ujar Kohar. Lebih jauh, Kohar menuturkan, karena produsen-produsen sentra telur di Jatim sudah dilakukan pengamatan dan pemantauan bahwa mereka cara produksinya yang benar sudah dilakukan. Kohar menerangkan, munculnya dioxin itu terdapat dari sisa-sisa pembakaran terutama dari bahan plastik yang tidak teratur. Dioxin ini bisa memberikan efek negatif terhadap kesehatan jika masuk ke tubuh lewat makanan yang tercemar dengan kadar tinggi. “Tapi kalau kadarnya rendah tidak berpotensi pengaruh pada hal-hal negatif. Tentunya, jika berkelanjutan akumulatif kadarnya banyak bisa berbahaya. Di antaranya, mulai gangguan efek kulit hingga penyakit kanker.Jadi hindari zat-zat yang berisiko, juga tidak mengonsumsi secara berlebihan kalau memang benar terindikasi bahan makanannya tercemar,”pungkas dia. Sementara anggota DPRD Jatim Budiono meminta pemprov tidak panik dengan hasil riset tentang telur mengandung dioxin. Sebab, telur yang terpapar dioxin itu skalanya sangat kecil.“Telur yang katanya mengandung dioxin itu tidak beredar di pasar, karena dari ayam liar yang dilepas pemiliknya. Jadi tidak perlu panik,"kata dia. Menurut dia, selama ini telur yang dikonsumsi masyarakat sebagaian besar berasal dari ayam petelur yang dikandangkan dengan memberikan pakan buatan pabrikan. Anggota DPRD Jatim lainnya, Anik Maslachah menegaskan,telur asal Jatim sampai saat ini kondisinya aman dan tidak mengandung racun dioxin seperti yang diberitakan oleh berbagai media. "Kami menyerukan kepada seluruh masyarakat Jatim untuk tidak terkontaminasi dan terbawa isu harus mempercayai berita-berita yang itu,”ujar Anik. (why/dhi)
Sumber: