Beristrikan Perempuan Pemuja Dukun Milenial (5)

Beristrikan Perempuan Pemuja Dukun Milenial (5)

Melihat ekspresi Mersi yang diselimuti kegembiraan, hati Tarkam meleleh. Panas di dadanya mengkristal jadi butiran-butiran salju bagai turun dari puncak Himalaya. Perlahan Tarkam lantas membimbing istrinya masuk rumah. “Jujur saja, saat itu masih ada kemarahan di dada ini. Tapi entahlah, aku tak tega melampiaskannya ke istri. Mungkin karena aku terlalu sayang ya?” kata Tarkam seperti bertanya pada diri sendiri. Mersi akhirnya berterus terang selama ini dia tinggal di rumah temannya di Kediri dan secara rutin mengikuti ritual di padepokan lereng Gunung Wilis. Mersi baru diperbolehkan pulang setelah dipastikan kandungannya sudah subur. Diceritakan bahwa dalam ritual itu, Mersi diminta masuk ke ruangan gelap penuh asap, terus duduk bersila dan membayangkan sedang berhubungan intim dengan orang yang paling dicintai: suami. Mersi merasa tubuhnya seperti melayang. Pada setiap akhir ritual, Mersi merasa seperti dibangunkan dari tidur dan tubuhnya segar bugar. Ruang berubah terang benderang. Di hadapannya tersaji aneka jenis makanan dan buah. Mersi diharuskan makan sebanyak-banyaknya sebelum pulang. Cerita ini dirasakan Tarkam seperti ada yang aneh, namun dia tidak mampu untuk sekadar mempertanyakan, apalagi menuduh istrinya yang bukan-bukan. Tarkam menelan seluruh cerita tadi dalam diam. Dan benar, sebulan setelah Tarkam ajek ngumpulin Mersi, istrinya itu terlambat datang bulan. Ketika diperiksakan ke puskesmas, Mersi dinyatakan positif hamil. Kabar ini tentu menggembirakan. Terutama bagi Mersi. Namun tidak sepenuhnya bagi Tarkam. Ada terselip keragu-raguan, entah apa itu. Walau begitu Tarkam mencoba ikut hanyut dalam euphoria sang istri. Kegembiraan Mersi juga diwujudkan dengan rencana mengunjungi Mbah Dugo. Namun setiap Mersi menyampaikan keinginan ini, Tarkam selalu mengaku tidak memiliki waktu. Akhirnya Mersi berangkat sendiri. Katanya dia akan mengajak Nia yang rumahnya pernah ditempati waktu menjalani ritual dulu. Tarkam mengizinkan. Dia pikir sehari-dua hari Mersi sudah kembali. Namun hingga seminggu lewat, Mersi belum juga pulang. HP-nya tidak dapat dihubungi. Mati plethes. WA yang dikirim hanya centang satu. Merasa hatinya waswas, Tarkam memutuskan mencari Mersi ke Kediri. Ke rumah Nia atau ke padepokan. Ternyata teman Mersi mengaku tidak pernah kedatangan temannya itu. Nia mengaku terakhir Mersi menginap di rumahnya, beberapa bulan silam. Tarkam lantas balik kanan ke padepokan. Di sini pun Mersi tidak ada. Begitu juga Mbah  Dugo. Tiga cantrik dukun tersebut menjelaskan bahwa Mbah Dugo sudah sepekan lebih pergi. Tapi, tidak satu pun dari mereka yang tahu ke mana kepergian dukun berambut klimis dan rapi ala Ahmad Al Ghazali putra Dani Dewa ini. (jos, bersambung)    

Sumber: