Membeli Rumah Amat Murah tapi Angker Dekat Waduk (3)

Membeli Rumah Amat Murah tapi Angker Dekat Waduk (3)

Tomi sempat bertanya ke pemilik rumah apakah ada hal-hal yang perlu dia ketahui sebelum pindahan, selain keangkeran rumah tadi. Diakui masalahnya hanya itu. Orang tersebut ternyata bukan pemilik pertama, melainkan pemilik kedua yang dapat harga murah saat pembelian. Jauh di bawah harga pasaran. Keluarganya juga mengaku sering mendapat gangguan saat menempati rumah tadi. Tidak kerasan, orang tadi balik ke rumah lama dan bermaksud menjualnya kembali dengan harga murah. Tidak ada yang berminat. Karena setiap ada orang yang akan membeli, merka selalu membatalkannya setelah mendengar cerita soal hantu di rumah itu. “Orang tersebut akhirnya menjual rumah itu dengan tulisan ‘dijual dengan harga terjun’ digantung di pintu pagar. Tetap tidak laku. Akhirnya dikontrakkan dan sempat ada yang nekat mengontraknya meski sudah diberi tahu soal keangkeran itu. Terbukti, hanya tiga hari mereka sudah menyerah,” cerita Tomi. Menurut Tomi, ketika kali pertama menemui pemilik rumah, dia sudah diberi tahu soal gangguan-gangguan aneh di rumah itu. Tomi tidak memasalahkan. Yang penting harganya sudah sepakat. Akhirnya awal 2022 Tomi sekeluarga boyongan. Semua anggota keluarga gembira, kecuali istri dan anak bungsu mereka. Sanak famili dan kerabat dari desa banyak yang ikut pindahan. Mereka turut bahagia Tomi mampu membeli rumah. Mereka tidak menyangka rumah Tomi sangat besar dan berhalaman luas. Rumah tersebut memang dibangun di atas tanah 20 x 18 meter persegi. Dua kaveling standar. Eksterior dan interiornya khas seperti rumah-rumah orang kaya. Kaum priyayi. Tomi tahu bahwa kerabatnya banyak yang njelu-njelu dia sanggup membeli rumah yang normalnya bisa mencapai miliaran itu. “Mereka tidak tahu bahwa saya beli rumah itu tidak lebih dari Rp 100 juta,” kata Tomi. Pada malam pertama kepindahan, banyak kerabat yang menginap. Rumah berlantai dua itu ditempati lebih dari 40 orang. Semua kamar penuh. Bahkan ruang tamu dan ruang keluarga dijejali orang-orang yang berimpitan tidur. “Saya tidak bisa tidur. Khawatir ada gangguan dan membuyarkan kenyamanan tamu-tamu yang sedang beristirahat. Saya salat Tahajud di musala depan rumah karena di rumah tidak ada tempat sama sekali,” kata Tomi. Selama di musala, perhatiannya sering terpecah dengan memperhatikan kondisi rumah. Jangan-jangan ada sesuatu. Ternyata sampai salat Subuh lewat, tidak ada gangguan. Semua bisa tidur nyenyak dan bangun dengan kondisi segar. Menjelang matahari terbit, tiba-tiba terdengar jerit ketakutan. Dari dalam kamar mandi. Orang-orang serempak menuju kamar mandi. Salah satu keonakan Tomi keluar dari kamar mandi dalam kondisi basah kuyup. Dia gemetaran dan tampak ketakutan.  “Kenapa aku kok tiba-tiba ada di sini? Ada yang memindahkan ya?” katanya. Ia mengaku tadi malam tidur di pojok ruang tamu bersama yang lain. “Kok jadi di sini? Ayo siapa yang nggoda aku?” tanya pemuda bertubuh kurus itu. (jos, bersambung)

Sumber: