Wakil Ketua Komisi D Harap Kader Surabaya Hebat Bisa Jadi Agen Perubahan
Surabaya, memorandum.co.id - Wakil Ketua Komisi D DPRD Surabaya, Ajeng Wira Wati, menaruh perhatian besar terhadap peran Kader Surabaya Hebat (KSH) di Kota Pahlawan. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (dinkes) Surabaya, total ada sebanyak 27.412 KSH yang diberdayakan oleh Pemerintah Kota (pemkot) Surabaya. Keberadaan KSH ini, menyedot APBD yang tidak sedikit. Setiap kader diberikan insentif Rp 400 ribu per bulan. Bahkan Ajeng mengungkapkan, anggaran Dinkes Surabaya untuk KSH pada PAK APBD 2022 naik sebesar Rp 76 miliar, sehingga total menjadi Rp 132 miliar. Hal ini menempatkan KSH sebagai terbesar kedua dalam daftar belanja dinkes. Pertama BPJS yang menelan Rp 394 miliar. Karena itu, Ajeng meminta Pemkot Surabaya agar dapat memberdayakan kader dengan maksimal. Dia ingin, para ribuan KSH nantinya bisa menjadi agen perubahan bagi masyarakat Surabaya. "Setiap bulan, pemkot mengucurkan Rp 10 miliar untuk keseluruhan kader. Karena itu, saya harap ke depan bukan target kinerja pendataan yang dikejar oleh pemkot kepada kader, tetapi memberdayakan mereka sebagai agen perubahan bagi masyarakat sekitarnya," ucap politisi perempuan Gerindra ini, Rabu (14/9). Ajeng menuturkan, masih banyak permasalahan di metropolis yang perlu dituntaskan. Maka dari itu, peran KSH sangat dibutuhkan. Akan tetapi untuk saat ini, kader baru diterjunkan dalam penanganan stunting, demam berdarah (DB), lingkungan, kemiskinan, dan kekerasan perempuan. Padahal, menurut Ajeng, ada masalah lain yang juga perlu diintervensi. "Salah satunya, KSH juga perlu dilibatkan untuk ikut memastikan Surabaya tidak lagi memiliki permasalahan kumuh perkotaan. Hal ini seiring dengan angka kemiskinan yang masih dalam intervensi dan peningkatan kepadatan penduduk," kata Ajeng. Ajeng optimistis, permasalahan metropolis dapat diselesaikan oleh Pemkot Surabaya melalui gotong royong bersama KSH. Namun begitu, pemkot harus membekali para kader dengan pelatihan dan pendampingan yang terukur. Sebab, sampai saat ini, Ajeng masih menjumpai kader yang kebingungan terkait job desk. Ada yang bingung soal penggunaan aplikasi. Ada pula yang bingung soal pembagian kerja tim di tingkat RT/RW. "Walaupun sering ada pertemuan dan pendampingan bersama ASN selama 6 bulan ini, kenyataannya masih banyak yang bingung mengenai cara kerja KSH," ungkapnya. "Maka dari itu, saya harap pemkot segera membuat pedoman kerja pemberdayaan Kader Surabaya Hebat dalam bentuk perwali. Dengan begitu bisa lebih nyata wujudnya untuk ikut andil dalam pembangunan manusia Kota Surabaya," sambung Ajeng. (bin)
Sumber: