Suami Pergi Entah ke Mana, Wanita Cantik Dilamar Pria (1)

Suami Pergi Entah ke Mana, Wanita Cantik Dilamar Pria (1)

Nikah muda diharap Mawar (samaran) bisa membahagiakan diri dan mengurangi beban orang tua. Karena itulah dia memutuskan mengakhiri masa lajang ketika usia masih 18 tahun. Ternyata me-manage kehidupan rumah tangga bukanlah perkara mudah. Ada dua kepala yang harus disatupadukan dalam menghadapi permasalahan yang senantiasa muncul dan berkembang. Butuh komunikasi yang baik dan kesabaran mengatasi persoalan. Itulah yang dia rasakan. Pernikahan yang dibayangkan sangat indah ternyata penuh problematika. Walau begitu, Mawar merasakan selalu saja ada jalan keluar setiap dihadapkan kesulitan. Hanya, kadang warga Tegalsari ini merasakan masalah yang dihadapi seperti tidak ada solusi. Hanya seperti. Saat bertemu Memorandum di kantor pengacara dekat gedung Pengadilan Agama Surabaya, beberapa hari lalu. dia mengatakan rumah tangganya nyaris kandas. Dan, dia mengaku sengaja minta tolong pengacara untuk konsultasi masalah rumah tangganya. Perempuan yang mengaku hanya jebolan SMA ini menjelaskan bahwa dia berasal dari keluarga pas-pasan. Ia sempat bekerja di Semarang. Di sanalah dia berkenalan dengan seorang pemuda, sebut saja Toni, yang kini menjadi suami. “Orangnya lugu. Humoris. Agak gemuk. Kayak Doraemon. Menyenangkan,” tutur Mawar. Sebulan setelah perkenalan, Toni mengajak Mawar pulang ke rumahnya di Sumatera. Mau diperkenalkan orang tua. Tapi, Mawar menolak. Dia baru mau dibawa ke Sumatera kalau mereka sudah menikah. Toni kemudian jusru meminta ibunya datang ke Jawa. Ke Gunungkidul, tempat tinggal orang tua Mawar. Melamar. Tidak membutuhkan proses lama, pernikahan mereka berjalan setelah mereka menjalin hubungan selama setahun. Waktu itu usia Mawar baru 18 tahun, sedangkan Toni berusia 21 tahun. "Habis nikah, saya dibawa ke Sumatera. Di sana 18 bulan. Karena hamil besar, saya minta pulang sementara ke Gunungkidul karena nggak mau melahirkan di sana. Saya pengen prosesnya didampingi Ibu. Mas Toni ngotot ikut pulang ke Gunungkidul. Ya sudah," ungkap Mawar. Pekerjaannya di perkebunan ditinggalkan begitu saja. Sama seperti proses saat pindahan ke Sumatera lalu, Toni juga meninggalkan pekerjaannya di pelabuhan tanpa pamit. Padahal, posisinya sangat lumayan. Di Gunungkidul, Toni menganggur. Tidak mudah mencari pekerjaan sebagaimana di Sumatera. Kerjanya hanya luntang-lantung. Mawar sampai malu kepada kedua orang tuanya. Tak eloknya, Toni cuek saja. Mawar sempat mengajak Toni pindah ke Semarang. Kontrak di sana dan kembali ke tempat kerja yang dulu. Toni tidak mau. Alasannya, di tempat kerjanya dulu banyak orang jahat. Dia tak mau menjadi seperti mereka. Sementara, biar Mawar yang memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Mawar sudah menelepon bos tempat kerjanya dulu dan dipersilakan kembali sewaktu-waktu. (jos, bersambung)    

Sumber: